Kasus kekerasan pada anak di Jawa Timur hingga saat ini masih cukup tinggi. Dari catatan KPAI maupun kepolisian pada tahun 2014, angka kekerasan anak di Jawa Timur tercatat sebanyak 188 kasus.
“Tapi pada tahun 2015 meningkat menjadi 561 kasus. Dengan korban 60 persen kekerasan seksual berusia usia 14-16 tahun,” kata Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf saat menghadiri deklarasi anti kekerasan terhadap anak dalam rangka Hari Anak Internasional yang digelar di Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya, Sabtu (19/11/2016) malam.
Deklarasi kali ini diinisiasi oleh Yayasan Alit dan Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya. Turut hadir dalam deklarasi kali ini Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid, Istri Gus Dur; lantas Heather Variava, Konjen AS di Surabaya; Joni Hermana, Rektor ITS; serta sejumlah tokoh agama.
Menurut Gus Ipul, kekerasan terhadap anak khususnya kekerasan seksual harus dihentikan dengan melibatkan semua pihak.”Keluarga juga harus aktif menjaga agar anak-anak terhindar dari kekerasan khususnya kekerasan seksual,” kata Gus Ipul.
Apalagi, korban kekerasan seksual jika tidak dilakukan proses pendampingan maka korban berpotensi menjadi pelaku. Selain itu pelaku kejahatan seksual terhadap anak, umumnya adalah orang dekat atau orang yang dikenal.
“Ada fakta yang disampaikan Kak Seto bahwa dari 140 korban kekerasan seksual dari Emon, 40 persen di antaranya minta Emon tidak ditahan dengan alasan Emon lebih sayang ketimbang orang tua kandung mereka sendiri,” kata Gus Ipul.
Karenanya untuk mengurangi potensi kekerasan pada anak, pada bulan Juni 2016 lalu, Gubernur Jawa Timur juga telah menandatangani MOU dengan Panglima Kodam V/Brawijaya serta Kapolda Jawa Timur.
“Nanti kami juga ingin membangun satgas anti kekerasan terhadap anak yang didirikan di setiap desa di Jatim,” ujar Gus Ipul. (fik)