Wawan Some Ketua Komunitas Nol Sampah Surabaya mengatakan, kebijakan kantong plastik berbayar akan memunculkan industri kreatif baru termasuk di Surabaya.
“Produsen tas belanja akan tumbuh setelah aturan ini diterapkan. Kami sudah mulai menggandeng industri rumah tangga dan mengajak kerjasama retail yang ada,” katanya kepada wartawan di Humas Pemkot Surabaya Kamis (18/2/2016).
Wawan mengungkapkan kajian Generation Indonesia, bahwa setiap harinya toko modern di Indonesia mengeluarkan 300 lembar kantong plastik per hari.
“Di Indonesia ada sekitar 90 ribu gerai toko modern, berarti setiap harinya toko modern di Indonesia mengeluarkan 9,85 milyar kantong plastik, yang sebagian besar hanya dipakai sekali,” katanya.
Adanya kebijakan kantong plastik berbayar akan memunculkan tanggung jawab perusahaan retail untuk menyediakan tas belanja yang ramah lingkungan.
Menurut Wawan, inilah peluang usaha yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha kecil dan menengah di Surabaya.
Meski bergantung persetujuan perusahaan, produksi tas belanja layak ditawarkan ke perusahaan tersebut karena adanya kebutuhan pemenuhan tanggung jawab di atas.
Mengenai sampah plastik di Surabaya, Wawan mengatakan, bila penduduk Surabaya sebanyak 3 juta jiwa berarti ada sejumlah 2,1 milyar sampah kantong plastik per hari.
“Kurang dari 10 persen yang bisa didaur ulang, sisanya masuk ke TPA, ke sungai, bermuara ke hutan mangrove atau masuk ke laut,” katanya.
Karena itulah, bersama beberapa komunitas lain yang tergabung dalam gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, kampanye kantong plastik berbayar sudah dilakukan sejak 18 Februari lalu hingga 21 Februari yang akan datang di beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya.
“Puncaknya nanti di Car Free Day Taman Bungkul pada 21 Februari besok. Kami akan melakukan aksi rampok sampah plastik,” katanya.
Musdik Ali Suhudi Kepala BLH Kota Surabaya mengatakan kampanye kantong plastik berbayar juga akan dilakukan di sekolah-sekolah di Surabaya.
“Justru kampanye di sekolah ini akan lebih efektif. Karena, kalau anak-anak yang mengingatkan, orangtua pasti akan lebih mendengarkan daripada peringatan dari orang dewasa,” ujarnya.(den/dop)