Kampung Lontong di Banyu Urip Lor, Surabaya akan menjadi satu di antara 14 destinasi kampung unggulan dalam Preparatory Committee UN Habitat III pada 25-27 Juli 2016.
Terkait keunikan Kampung Lontong, Ari Siswanto Koordinator Paguyuban Pedagang Lontong Mandiri mengatakan, warga di sana dapat memproduksi 70.000 lontong per hari.
“Lontong itu dihasilkan oleh 76 anggota yang tersebar di RW 06, RW 07 dan RW 02. Paling banyak di RW 06, tepatnya di RT 03 dan RT 04,” katanya kepada Andri Haryanto Suara Surabaya, Rabu (20/7/2016).
Dia menjelaskan, lontong-lontong tersebut dijual di seluruh pasar di Kota Surabaya. “Semua warga saling membantu dan terlibat untuk produksi. Mereka juga saling kontak semisal di pasar A kekurangan lontong, maka mereka akan meminta bantuan anggota yang di pasar B,” ujarnya.
Sebelum dikenal sebagai Kampung Lontong sejak awal tahun 90-an, kampung ini dikenal sebagai Kampung Tempe. “Tidak mudah mempertahankan semua ini,” kata Ari yang juga warga Jalan Banyu Urip Lor Gang X Surabaya.
Ke depannya, kata Ari, warga Kampung Lontong akan mengolah sampah dari industri lontong menjadi pakan ternak. “Agar tidak dibuang ke sungai yang mengaliri kampung. Sampah itu akhirnya bisa mencemari sungai,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan, memang kampung ini menghasilkan banyak sampah.(dri/iss/ipg)