Farhan Nauvaldy (17) pelajar kelas XI SMAN 7 Surabaya yang hilang tenggelam di Air Terjun Madakaripura, Probolinggo, ditemukan dalam keadaan telah meninggal dunia, Rabu (10/2/2016) pukul 05.00 WIB.
AKP Mustaji Kapolsek Lumbang Probolinggo mengatakan, jenazah ditemukan setelah petugas dan keluarga korban menggelar acara doa bersama Selasa (9/2/2016) malam.
“Setelah yasinan di pendopo air terjun, kami memutuskan untuk memantau aliran air sungai. Keesokan harinya, jam lima pagi, jenazah korban ditemukan tiga kilometer dari air terjun di Desa Negoro Rejo, Lumbang,” katanya kepada suarasurabaya.net, Rabu (10/2/2016) pagi.
Menurut AKP Mustaji saat ditemukan, kondisi jenazah dalam keadaan utuh. “Hanya memang ada luka-luka di bagian belakang kepala korban. Mungkin karena terbentur bebatuan di sungai,” kata dia.
Dia menambahkan, dugaan sementara penyebab korban meninggal dunia, murni karena tenggelam. “Diduga sebelum tenggelam, korban mengalami kram perut,” ujarnya.
Jenazah korban, kata AKP Mustaji, telah dievakuasi ke RSUD Tongas Probolinggo untuk diotopsi. “Setelah itu langsung dibawa pulang ke rumah duka di Surabaya oleh keluarga yang sudah menginap di sini selama pencarian,” ujar dia.
Sebelumnya, Farhan Nauvaldy hilang setelah tenggelam di tempat wisata Air Terjun Madakaripura, Desa Negororejo Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo, sejak Minggu (7/2/2016) pukul 17.00 WIB.
Korban yang merupakan warga Jalan Teluk Kumai Barat Nomor 11 Surabaya, datang bersama sembilan orang kawannya ke air terjun Madakaripura pada Minggu pukul 16.00 WIB. Selanjutnya, korban bersama tiga orang kawannya mandi di air terjun.
“Sekitar pukul 17.00 WIB, korban mengeluh kedinginan dan tenggelam. Pada saat itu juga korban sempat ditolong dan dirangkul oleh petugas loker atau penitipan barang, namun penolong tidak kuat menarik hingga tubuh korban terlepas. Sebelum tenggelam korban sempat muncul ke permukaan air dan bicara sudah tidak kuat. Saat itu juga korban tenggelam dan belum ditemukan lagi,” tulis Yudis Wahyudi anggota BPBD Kabupaten Pamekasan melalui pesan teksnya.
AKP Mustaji mengatakan, meski sudah ada larangan, korban tetap mandi di pusaran air terjun. “Saat itu udara dingin dan hujan. Mungkin saat datang, korban langsung turun ke air sehingga kedinginan dan kakinya kram,” katanya.
Menurutnya, korban sempat mengatakan, “Saya gak kuat lagi,” sebanyak dua kali, sebelum tenggelam.(iss/ipg)