Beberapa pekerja menurunkan lilin-lilin raksasa di halaman klenteng Pak Kik Bio Jl. Jagalan, Surabaya. Lilin-lilin raksasa? Karena ukurannya yang setinggi manusia dengan diameter hampir 30cm.
“Ini dari keluarga-keluarga yang nanti pas Imlek datang untuk sembahyang. Ini sebuah bentuk persembahan kepada para dewa di klenteng. Sekaligus rasa syukur. Dan harapan agar tahun baru nanti diberikan ternak, pada rezeki, kesehatan serta kesejahteraan,” kata Yopi satu di antara pengurus Klenteng Pak Kik Bio.
Dengan tinggi lebih dari 2 meter, serta diameter sekurangnya 30 cm, lilin-lilin berwarna merah dengan hiasan Naga, serta burung Hong, diyakini umat Khong Hu Chu sebagai pembawa berkah serta terang di Imlek dan perjalanan hidup setahun ke depan.
Dua orang pekerja pabrik lilin dibantu pekerja klenteng, menurunkan 2 lilin raksasa untuk ditempatkan di dekat altar persembahyangan klenteng Pak Kik Bio, yang sudah terlihat siap digunakan untuk persembahyangan.
“Keluarga akan datang untuk menyalakan lilin itu. Kemudian bersama-sama, membakar Yosua, dan Kim Chua sebagai bagian dari persembahyangan menjelang pergantian tahun Imlek,” lanjut Yopi.
Pemandangan seperti itu juga terlihat di klenteng Boen Bio Jl. Kapasan, Surabaya. Sebuah pickup warna hitam memuat tiga lilin raksasa, sedang menurunkan muatan di depan halaman klenteng.
Lebih dari 3 orang pekerja menurunkan satu per satu lilin-lilin yang memang muncul saat menjelang pergantian tahun baru masyarakat Tionghoa itu.
Rudiono pengurus klenteng Boen Bio menjelaskan bahwa klenteng memang menerima lilin-lilin dari umat untuk digunakan persembahyangan Imlek 2567.
“Seminggu kemarin sudah ada yang mengirimkan lilin ke klenteng. Makin dekat Imlek biasanya makin banyak lilin yang datang. Dari umat diserahkan ke klenteng. Biasanya memang dari keluarga mampu, karena lilin-lilin raksasa itu juga tidak murah,” kata Rudiono.
Di Surabaya, klenteng-klenteng memang mulai bersiap-siap untuk menggelar sembahyang Imlek 2567 yang jatuh pada Minggu (7/2/2016) malam.(tok/ipg)