Pemerintah Jawa Timur menutup seluruh pintu masuk ternak untuk waspadai masuknya penyakit antraks dari provinsi lain. Dari data yang ada, telah ditemukan satu sapi di Pacitan yang mati akibat serangan antraks.
“Yang di Pacitan itu setelah kita teliti ternyata tertular dari Wonogiri. Jadi saya sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah dan pintu masuk ternak ke Jatim seluruhnya kami tutup,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, Rabu (7/9/2016).
Menurut Soekarwo, satu sapi di Pacitan diketahui mati setelah kulitnya menghitam dan timbul luka yang bercirikan penyakit antraks.
Awalnya, sapi ini meski telah mati bahkan sempat disembelih dan akan dikonsumsi warga sekitar, namun Dinas Peternakan Pacitan langsung sigap dan meminta sapi tersebut segera dikubur dengan cara lapisan atas tanah dilakukan pengecoran semen.
“Tanahnya juga harus dibakar karena antraks itu baru 40 tahun bisa hilang. Jadi ini memang serius harus kita hadapi,” kata Soekarwo.
Terkait temuan ini, Pemerintah Jawa Timur juga langsung mendata serta menerjunkan tim untuk memeriksa seluruh ternak di sekitar Pacitan bahkan hingga Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Magetan, Madiun dan Ngawi.
Dana sebesar Rp2,5 miliar juga disiapkan sebagai antisipasi untuk menjegah menularnya antraks di Jawa Timur. “Dulu tahun 1980 pernah ada antraks dan baru kali ini ditemukan lagi di Jatim,” kata Soekarwo.
Sementara itu meski ditemukan penyakit antraks di Pacitan, namun Soekarwo menjamin seluruh hewan kurban yang ada di Jawa Timur bebas dari penyakit antraks.
Tim dari Dinas Peternakan juga telah berkeliling ke para pedagang hewan ternak untuk memastikan hewan kurban yang dijual bebas dari penyakit antraks.
Sekadar diketahui, antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna “batubara” dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit sapi yang terkena antraks akan berubah hitam. (fik/ipg)