Donald Trump calon presiden Partai Republik Amerika Serikat dikabarkan telah berjanji kepada Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel, kalau dia terpilih sebagai Presiden di Negeri Paman Sam, maka Yerusalem bakal diakui dan berperan penuh sebagai Ibu Kota Israel.
Dalam pertemuan tertutup dengan Netanyahu di Trump Tower, New York, Minggu (25/9/2016), Trump mengatakan kepada Netanyahu bahwa di bawah pemerintahannya, Amerika Serikat akan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Negara Israel.
Secara de jure, Yerusalem memang ibu kota Israel, dan beberapa negara termasuk Amerika Serikat menerima. Namun, secara de facto, Tel Aviv yang berperan sebagai ibu kota. Terbukti negara-negara yang punya hubungan diplomatik menempatkan kedutaan besarnya di Tel Aviv.
Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, sebagai ibu kota negara yang mereka bentuk di samping wilayah yang dikuasai Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Dilaporkan Reuters yang dilansir Antara, Senin (26/9/2016), usai bertemu satu jam dengan Netanyahu, tim kampanye Trump mengungkapkan kalau Donald Trump sepakat dengan Netanyahu kalau perdamaian di Timur Tengah hanya bisa dicapai ketika Warga Palestina meninggalkan kebencian dan kekerasan, serta menerima Israel sebagai Negara Yahudi.
Menurut notulensi pertemuan dari tim kampanye Trump, keduanya juga mendiskusikan panjang pagar batas Israel. Trump mengacu pada rencana kebijakan kontroversial soal imigran yang meliputi pembangunan dinding di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko, juga soal larangan Muslim memasuki negaranya.
Selain itu, diskusi Trump-Netanyahu juga meliputi masalah-masalah regional lain seperti perang melawan ISIS, bantuan militer Amerika Serikat untuk Israel yang disebut sebagai “investasi terbaik” dan kesepakatan nuklir Iran yang dikritik kedua pihak. (ant/rid/rst)