Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel mengatakan, dia berharap presiden Amerika Serikat mendatang tidak memaksakan penyelesaian bagi konflik berlarut Israel-Palestina, Minggu (6/11/2016) waktu setempat.
Netanyahu mengatakan kepada para menterinya pada awal pertemuan mingguan kabinet, bahwa sengketa tersebut tak bisa diselesaikan hanya melalui perundingan langsung tanpa prasyarat. Dia menambahkan negaranya berharap “AS akan tetap percaya pada prinsip yang telah ditetapkan selama bertahun-tahun”.
Pemimpin garis keras Israel itu mengatakan, dia berharap AS –sekutu paling dekat Israel– takkan membiarkan PBB mengeluarkan resolusi dan lembaga internasional lainnya untuk memaksakan penyelesaian atas Israel bagi konflik tersebut.
Netanyahu merujuk kepada tindakan yang dilakukan oleh pejabat Palestina untuk mewujudkan pengakuan internasional bagi Negara Palestina dan menjadi negara anggota di Sidang Majelis Umum, demikian laporan Xinhua, Senin (7/11/2016) pagi.
Israel telah prihatin mengenai gagasan perdamaian Prancis, yang pertama kali diusulkan oleh Pemerintah Prancis pada 2015 –yang bertujuan menetapkan parameter bagi kesepakatan perdamaian dan tenggat untuk mewujudkannya.
Dilansir dari Antara, Israel menduduki Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza dalam Perang Timur Tengah 1967 dan telah menguasainya sejak itu, meskipun mendapat kecaman internasional.
Babak paling akhir pembicaraan perdamaian yang diperantarai AS mencapai kebuntuan pada April 2014, dengan pemerintah persatuan antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan HAMAS. Hal itu terjadi di tengah perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat (ant/tit)