Di sebuah bilik loket pendaftaran Drive Thru Samsat Manyar, seorang laki-laki berseragam biru muda sedang sibuk melayani antrean para pengendara yang akan membayar pajak STNK.
“Silakan antre yang tertib bapak-ibu. Jangan saling serobot, sabar nggih,” ujarnya pada pengendara yang antre memanjang.
Dengan sabar, dia memandu para pengendara agar mempersiapkan KTP dan STNK sebelum mendaftar. Dengan cekatan, dia juga melayani konsultasi singkat terkait mutasi kendaraan dan mengecek riwayat surat-surat motor lawas.
Dia adalah Bripka Nur Kolik Petugas Drive Thru Samsat Manyar. Selain bekerja di Ditlantas Polda Jatim dan Samsat Manyar, Bintara ini juga tengah populer di media sosial Facebook.
Kolik termasuk sosok sederhana yang berhasil memanfaatkan media sosial untuk membantu banyak orang. Di sela jam istirahat, mulai pukul 13.00-14.00 WIB, Kolik mampu memberi pencerahan paling tidak lebih dari 4.900 temannya di Facebook.
“Saya aktif di medsos baru satu tahun setengah. Saya hampir tidak pernah menulis status pribadi. Semuanya tentang informasi Drive Thru dan menjawab permasalahan masyarakat yang saya bisa,” kata pria kelahiran Lamongan 1983 ini.
Facebook milik Kolik awalnya dibuat hanya untuk memudahkan para wajib pajak kendaraan agar sadar dan faham tentang Drive Thru.
“Saya hanya mencoba memperbaiki layanan dan transparan di Drive Thru Samsat Manyar. Tapi, masyarakat juga banyak yang tanya masalah lain, asal tidak berbau fitnah, SARA dan pornografi, saya tanggapi,” katanya.
Selain aktif membantu orang di media sosial, Kolik juga sering membantu orang di jalan. “Yang paling sering membantu orang ngeban,” katanya.
Dia juga aktif mengikuti interaktif di Radio Suara Surabaya saat perjalanan atau diwaktu senggang.
“Bagi saya, mendengarkan Radio SS itu seperti dibacakan koran,” katanya.
Kolik juga pernah membantu mengejar jambret di Jl Ahmad Yani. Saat itu Kolik mau pulang ke rumahnya di Siwalankerto. Tiba-tiba ada dua orang berboncengan motor mengambil tas orang yang sedang ngeban di pinggir jalan.
“Saya menyesal karena nyaris bisa menabrak penjambret itu. Saya terjebak lampu merah, saya naik mobil. Akhirnya saya laporkan ke temen-temen Polsek,” kata mantan staf ajudan Wakapolda sejak 2006-2007 ini.
Lulusan Bintara reguler Scaba tahun 2004 ini mengatakan, yang dilakukannya di media sosial selama ini bagaimana caranya masyarakat bisa menjalankan kewajibannya.
“Selain itu, saya mencoba memberikan panduan kalau punya kendaraan maka wajib membayar pajak. Saya juga bantu mereka terkait persyaratannya apa, lokasinya di mana saja bukanya jam berapa dan tutupnya jam berapa saja, itu penting sekali,” katanya.
Meski dengan gaji tak seberapa di profesinya sekarang, tapi Kolik tak pernah mengeluh. Bahkan, setiap hari dia menebarkan nilai-nilai positif dalam bertugas. Untuk menopang kebutuhan istri dan anaknya, dia juga melakukan pekerjaan sampingan dengan berjualan jaket polisi dan rompi polantas.
“Saya ambil dari teman saya di Bandung. Saya jual ke temen-temen Lantas, kalau ada pesenan,” katanya.
Hal paling dia benci adalah melihat “Polisi Pohon” atau anggota polisi lalu lintas yang hanya berjaga di balik pohon. “Begitu ada pelanggaran, lalu menilang pengendara. Bekerja seperti ini bagi saya yang buat tidak nyaman,” kata sarjana hukum lulusan Universitas Narotama tahun 2009 ini.
Selain itu, Bripka Nur Kolik juga berkaca dari e100 tentang bagaimana cara mengelola layanan publik. Dalam catatan admin e100, Bripda Nur Kolik selalu menyampaikan informasi baik tentang jadwal SIM keliling atau tentang pengurusan pajak kendaraan bermotor. (bid/iss/rst)
Teks Anda:
– Bripka Nur Kolik
Foto: Abidin suarasurabaya.net