Kendati belum resmi dilantik menjadi Wali Kota Surabaya periode 2016-2020, Tri Rismaharini ternyata memiliki skema penanganan eks Gafatar yang sudah dipulangkan ke Surabaya.
“Meski saya belum aktif, tapi saya memantau perkembangan Gafatar. menurut saya harus dipetakan dulu, mana yang hanya ikut-ikut karena iming-iming ekonomi, dan mana yang benar-benar fanatik. Kita pelajari tipenya masing-masing,” katanya kepada wartawan di Jalan Maspati Surabaya, Minggu (24/1/2016).
Menurut Risma, yang mendesak ditolong dulu adalah kriteria anggota Gafatar yang hanya ikut-ikut. Sementara jika keluarganya tidak bisa menerima, dia siap menyelesaikannya ketika sudah dilantik nanti.
“Itu bagian saya, akan saya dekati keluarganya. Gusti Allah saja memberi ampun, masak kita sebagai manusia tidak bisa,”.
Untuk yang tidak punya lagi tempat tinggal karena dijual, menurut Risma, Pemkot Surabaya bisa menggunakan rumah susun yang masih bisa digunakan. “Tapi, mereka tidak boleh dikumpulkan jadi satu. Jadi, harus tersebar,” katanya.
Jika ada yang ingin kembali ke keluarganya di luar kota, menurut Risma sebaiknya dicek betul di pihak keluarga dan lingkungannya apakah mereka diterima di sana.
“Mengatasi seperti ini tidak bisa secara global ditampung jadi satu di sebuah tempat. Memang itu harus ada komunikasi pribadi. Semua dimasukkan rumah susun, tidak bisa,” ujarnya.
Walikota terpilih yang rencananya dilantik bulan Februari ini terus memantau perkembangan masalah Gafatar ini, baik melalui media dan beberapa teman selama di Pemkot periode pertama dulu.(bid/iss/dop)