Seminar nasional kembali ke pancasila yang digelar Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, Selasa (1/3/2016) benar-benar menjadi ajang pengukuhan idiologi bangsa. Seminar yang digelar di Mercure Grand Mirama Hotel ini menghadirkan beberapa narasumber.
“Indonesia didirikan bukan berdasarkan darul addin atau negara agama, melainkan berdasarkan darul muahadah atau negara kesepakatan,” kata Prof Dr Kiai Said Aqil Sirajd, Ketua Pengurus Besar NU, ketika menjadi pembicara dalam seminar kali ini.
Indonesia, kata Kiai Said, juga bukan darul Islam melainkan darul salamah. Dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang cinta keadilan dan perdamaian, indonesia kini telah menjelma sebagai kiblatul muslimin atau kiblatnya muslim di dunia.
Kiblatul muslimin, bukan berarti memindah Kabah ke Indonesia, melainkan Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam dengan mayoritas masyarakatnya nahdhiyin, telah menciptakan atmosfir kesejukan pada dunia.
Ketika negara-negara Islam justru terlibat perang saudara sesama muslim, Indonesia hingga kini masih menjaga perdamaian diantara penduduknya.
Ini tentu berbeda dengan beberapa negara yang ada di Timur Tengah. Afganistan yang penduduknya banyak menganut madzhab Hanafi atau di Somalia yang seratus persen muslim dengan banyak dari warganya menganut madzhab Maliki dan troriqohnya Syadziliah, namun di dua negara itu hampir setiap hari ada kematian karena perang.
“Padahal Islam mengajarkan umatnya agar menggunakan cara-cara yang paling halus, dan paling baik dalam berdakwah,” kata Kiai Said.
Karenanya, NU selama ini berpegang pada Islam Nusantara, sebuah paham keagamaan yang bertujuan untuk menyatukan antara agama dan kebudayaan, agama dan kebangsaan, dan itulah Islam Nusantara.
Sementara itu Hasto Kristiyanto, Sekjen PDI Perjuangan yang juga menjadi pembicara dalam seminar kali ini mengatakan para pendiri bangsa, sejak awal memang mendeklarasikan Indonesia berdasarkan Pancasila yang mengawinkan antara agama dan nasionalisme berbangsa.
“Dengan paham inipula, Bung Karno secara luwes berhasil minta didirikan sebuah masjid biru di pusat kota Moskow Uni Soviet, serta dilanjutkan oleh Ibu Megawati dengan masjid Syeh Yusuf di Afrika Selatan,” kata Hasto.
Selain menghadirkan Kiai Said serta Hasto Kristiyanto, seminar kali ini juga menhadirkan Soekarwo Gubernur Jawa Timur yang berbicara dengan tema membangun daerah dengan pancasila, serta Eep Syaifullah Fattah yang berbicara dengan tema memberdayakan warga dengan Pancasila. (fik/dwi)