Indonesia menempati urutan 79 dari 157 negara dan berada di bawah sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara dalam indeks kebahagiaan dunia yang dirilis Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB pada Rabu (16/3/2016).
Sejumlah negara tetangga seperti Malaysia (47), Singapura (22), Thailand (33), dan bahkan Filipina (82) menempati urutan yang lebih tinggi dalam indeks tersebut.
Sementara itu Denmark menjadi negara yang dinilai paling bahagia di seluruh dunia, menggeser Swiss yang pada tahun lalu menempati urutan pertama. Negara lain yang berada dalam 10 besar diantaranya adalah Australia, Selandia Baru, dan Belanda.
Di sisi yang berseberangan, negara-negara terbawah pada umumnya merupakan negara yang dilanda perang atau keamanan yang tidak stabil seperti Suriah dan Afghanistan.
Indeks UNSDN mengukur kebahagiaan suatu negara dalam skala 0 sampai 10 dengan mempertimbangkan faktor-faktor berupa perdapatan per kapita, dukungan sosial, usia harapan hidup sehat, kebebasan menentukan pilihan, kedermawanan, dan persepsi korupsi.
Indonesia memperoleh nilai 5,314 sementara negeri jiran Malaysia mendapatkan 6.005. Kedua negara tersebut terpaut cukup jauh dalam pendapatan per kapita di mana warga Malaysia rata-rata memperoleh penghasilan tiga kali lipat lebih banyak dibanding warga Indonesia.
Namun demikian, uang bukan satu-satunya penentu kebahagiaan. Warga Filipina yang rata-rata mendapatkan penghasilan lebih rendah dibanding Indonesia ternyata bisa hidup lebih bahagia karena dinilai lebih dermawan dan bebas menentukan pilihan hidup.
Professor Jeffrey Sachs Kepala UNSDSN yang juga penasihat khusus Sekretaris Jenderal PBB mencontohkan bagaimana Amerika Serikat (13) tidak bertambah bahagia meski terus menimbun kekayaan dalam 50 tahun terakhir.
“Pesannya bagi Amerika Serikat sudah jelas. Bagi masyarakat yang hanya mengejar uang, kami telah mengejar sesuatu yang salah. Keterikatan sosial kami semakin renggang, tidak ada kepercayaan sosial, demikian pula dengan kepercayaan terhadap pemerintahan,” kata Sachs seperti dilansir Antara.
Sachs menunjuk Kosta Rika, yang berada di urutan 14 di atas negara-negara maju lain seperti Inggris (23) dan Prancis (32), sebagai contoh masyarakat yang sehat serta bahagia meski bukan merupakan kekuatan ekonomi dunia.
Laporan indeks kebahagiaan dunia tersebut mengingatkan bahwa “pembangunan ekonomi yang mengabaikan faktor sosial dan lingkungan akan berdampak buruk pada kebahagiaan manusia.”
“Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara yang berhasil meraih pertumbuhan ekonomi namun hanya menghasilkan peningkatan ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan,” tulis laporan tersebut.
Saat ini, hanya ada empat negara di dunia yang khusus mengangkat menteri kebahagiaan dalam kabinet pemerintahan; Bhutan (84), Ekuador (51), Uni Emirat Arab (28), dan Venezuela (44). (ant/dwi)