Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal menyatakan pelaku bom bunuh diri tidak islami karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
“Kejadian bom bunuh diri di Medinah, Turki, Afghanistan dan dalam negeri, itu jalan pintas, tidak dibenarkan syariat dan tidak pernah dicontohkan nabi dan sahabatnya. Jika itu dibenarkan mengapa tidak dicontohkan, padahal setiap hari nabi itu berperang, sahabat setiap hari menghadapi tantangan,” kata Nasaruddin di Mesjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (6/7/2016).
Nabi Muhammad SAW sendiri, kata Nasaruddin, memerintahkan agar dalam peperangan jangan mengorbankan orang tua, perempuan, pepohonan dan hewan serta merusak rumah ibadah.
“Islam tidak mengajarkan untuk berperang dengan masyarakat sipil, peperangan harus militer dengan militer, itu yang dicontohkan nabi,” sambung dia seperti dilansir Antara.
Nasaruddin menegaskan sangat tidak tepat orang yang mengatasnamakan Islam dengan melakukan kekerasan seperti pemboman karena Allah SWT mencintai kelembutan dan kasih sayang, bukan tuhan yang penghukum atau penyiksa.
“Jadi kualitas Islam yang baik adalah orang yang mencontoh visi dan misi pada bulan Ramadhan dengan menebarkan kasih sayang kepada sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Allah SWT mengatakan bukan hanya untuk orang Islam tetapi juga untuk agama lain, apa pun warga negaranya. Sehingga tidak ada tempat bagi mereka yang melakukan kekerasan atas nama Islam,” tegas ulama dan intelektual muslim terkemuka ini.
Nasaruddin mengimbau umat Islam Indonesia lebih matang, arif dan bijaksana sehingga tidak mudah terpancing oleh keadaan apa pun, terutama generasi muda agar menyalurkan energinya untuk berjihad dalam hal positif untuk memerangi kemiskinan dan juga kebodohan.
“Mereka generasi muda yang energinya terbuang percuma jika harus berjihad di jalan seperti itu, masa orang harus terbunuh, ini sangat disayangkan, karena energinya bisa untuk disalurkan dalam jihad memerangi kemiskinan dan kebodohan,” tutur Nazaruddin.
Maka itu, lanjut dia, “kita semua harus hati-hati, jangan sampai menari di tabuh genderang yang salah karena karakter beragama di Indonesia beragama secara akal sehat dan lemah lembut”.
“Karenanya Mesjid Istiqlal juga harus bisa memancarkan energi positif itu, karena mesjid ini juga merupakan lambang pemersatu bukan hanya umat Islam, tapi juga umat dan warga bangsa lain,” pungkas dia.(ant/iss)