Sabtu, 23 November 2024

Harajuku, Fashion Pemberontakan yang Ngetren di 90-an

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Gaya Harajuku anak muda Jepang. Foto: distroharajuku.wordpress.com

Embran Nawawi Fashion Desainer mengisahkan, gaya pemberontakan fashion Harajuku asal Jepang menjadi tren di Indonesia antara 1997 hingga 1998. Saat itu media majalah fashion di Indonesia meliput gaya Harajuku yang datang dari suatu tempat di Shibuya, Tokyo, yang menjadi wisata fashion di Jepang.

“Gaya yang ditampilkan anak-anak muda Jepang itu adalah gaya pemberontakan atas segala atribut yang seragam. Jadi mereka merusak atribut-atribut keseragaman itu dan mencoba menyatukannya dengan identitas pribadi,” katanya kepada Radio Suara Surabaya.

Saat media mulai mengenalkan gaya Harajuku, giliran pebisnis fashion mulai memunculkan item Harajuku di mal-mal di Indonesia pada 1999. Saat itu, kata Embran, Harajuku mempengaruhi anak muda di hampir semua kota besar di Indonesia.

“Di Jakarta pasti, ya. Bandung itu luar biasa. Karena banyak ikon yang mereka tonjolkan. Surabaya, karena beberapa generasi mudanya sangat menikmati fashion, Harajuku juga sangat digemari. Serta di seputaran Semarang, yang banyak diadopsi justru gaya rambut Harajuku,” ujarnya.

Gaya Harajuku selalu baru. Di tempat asalnya, fashion Harajuku selalu berubah-ubah setiap minggunya. Hingga akhirnya pemerintah menjadikan lokasi itu sebagai wisata, di mana wisatawan bisa membeli berbagai barang-barang fashion di sana.

“Gaya seperti jeans robek dengan tile di dalamnya, atau renda. Lalu Jaket kulit, ternyata keluar ada kain sutra sedangkan di belakangnya rusak. Jadi bagian-bagian itu memang dirusak dulu, kemudian dijadikan fashion baru,” katanya.

Embran memberikan tips berpenampilan Harajuku. Petunjuk sederhana tampil Harajuku adalah prinsip menumpuk. Dua atau tiga bentuk baju ditumpuk, kemudian dipadupadankan dengan bawahan. Jangan takut, tidak ada aturan. Paling aturannya warna yang ringan di bagian dalam, yang berat di bagian luar,” ujarnya.

Misalnya, kalau ada sebuah kaus hijau di bagian dalam, di luarnya bisa dikenakan rompi atau singlet berwarna ungu. Tinggal dipadukan dengan jeans robek dan sepatu boot. “Kalau cewek malah lebih gampang lagi. Ada rok panjang dan pendek, bisa digabung. Kemudian atasannya pakai kaos, dipadu vest (rompi), dan singlet,” katanya.

Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2016 yang mengangkat tema “sangangpuluhan” hasil kerjasama Suara Surabaya Media dengan Pemkot Surabaya dan Polrestabes Surabaya akan memberikan ruang khusus bagi para penikmat Harajuku di Surabaya.

Masyarakat Surabaya yang ingin bernostalgia dengan fashion yang dulu pernah dikenakan bisa mengikuti Harajuku Fashion Street Competition di panggung utama SUCF 2016, di Siola, Minggu (29/5/2016). Ajang tersebut berhadiah total Rp5 juta.(den/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs