
Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur Jawa Timur mengimbau masyarakat untuk berdoa di mushola maupun masjid-masjid ketimbang ikut pergi berunjuk rasa ke Jakarta pada unjuk rasa lanjutan pada 25 November 2016 mendatang.
“Kan sudah banyak yang mewakili, perwakilan sudah ada. Kita yang di Jatim membantu dengan doa saja di tempat masing-masing maupun di Masjid,” kata Gus Ipul, usai memimpin Apel Besar Kebhinnekaan Cinta Damai di Grahadi (15/11/2016).
Informasi yang diterima Gus Ipul, pada unjuk rasa lanjutan yang dinamakan “Rakaat ke dua” nanti, memang mulai ada gerakan-gerakan penggalangan massa di Jawa Timur. Salah satu gerakan itu, bahkan kini beredar luas di media sosial yaitu adanya spanduk di daerah Ponorogo yang membuka pendaftaran bagi massa yang ingin ke Jakarta.
“Ada yang mau bangkat kalau kita lihat di WA (whatsapp) muncul di Ponorogo. Beberapa tempat membua pendaftaran. Itu hak setiap orang mau pergi ke Jakarta, ndak ada yang bisa melarang,” ujarnya.
Meski begitu, setiap panitia yang mau memberangkatkan umat ke Jakarta, Gus Ipul mengimbau untuk bisa mendata dan memastikan keamanan mereka selama perjalanan maupun selama di Jakarta dan sekembalinya dari Jakarta.
“Panitia harus bertanggung jawab sehingga berangkat selamat pulang juga selamat. Pada demo 4 November lalu yang berangkat dari Jatim sekitar 2500 orang, untuk aksi mendatang potensinya seperti apa kita belum tahu,” kata Gus Ipul.
Sementara itu Brigjen Polisi Gatot Subroto, Wakil Kepala Polda Jawa Timur minta selururuh panitia pemberangkatan massa ke Jakarta bisa melapor ke polisi sehingga bisa dilakukan pengawalan selama perjalanan.
“Laporan resmi ke kami belum ada, tapi melalui gambar-gambar kami sudah mulai melihat dan sudah minta intelejen di polres-polres bergerak mengecek siapa yang bertanggung jawab,” kata Gatot.
Dalam kesempatan ini, Gatot mengimbau masyarakat untuk bisa jeli melihat permasalahan yang ada dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
“Saya mengimbau agar tidak mudah terpengaruh ajakan yang berlatar belakang agama. Harus jeli dan kritis untuk menanggpi itu dan bagi pengajak harus bertanggung jawab dari keselamatan mulai berangkat sampai pulang,” kata dia. (fik/dwi)