Prof. Dr. Ir. H. Idha Haryanto Soemodihardjo (75), Guru Besar sekaligus mantan Pembantu Rektor Universitas Jember (Unej) dilaporkan tersesat di Bandung Jawa Barat, lapor Bayu Kusuma netter e100 dari broadcast yang diterimanya, Senin (22/2/2016) sekitar 17.30 WIB. Dalam Broadcast tersebut tercantum nama Lia yang menemukan pertama kali Prof. Idha.
Lia, warga Bandung yang menemukan Prof. Idha waktu dihubungi Radio Suara Surabaya, Senin malam mengatakan, sepulang kerja, dia bertemu Prof. Idha yang terjatuh di turunan Ngamprah daerah Haji Gofur, Kabupaten Bandung Barat.
Ciri-ciri Prof. Idha, kata Lia, berkacamata, rambut bagian depannya botak, perawakannya kurus, kulitnya putih, menggunakan kemeja biru kotak-kotak dan jaket tebal berwarna krem.
“Setelah saya dan teman saya bangunkan, bapak ini minta diantarkan ke bawah. Kami antar bapak itu ke komplek Permata Cimahi Bandung. Bapak itu tengok kanan, tengok kiri, belok kanan, belok kiri, kita turuti. Ternyata bapak itu bingung sendiri,” katanya, Senin malam.
Kemudian Lia berinisiatif membawa Prof. Idha ke rumahnya. “Saya tanya ke sini naik apa, katanya naik bus. Tapi setelah ditanya bapak-bapak dekat rumah saya katanya naik angkot. Jawabannya berubah-ubah. Katanya dia dari rumah anaknya, Mayor Maruf Mujair, seorang TNI di Bandung. Sekolah tentara di Bandung ada banyak,” kata dia.
Menurut Lia, Prof. Idha membawa sebuah tas berisi KTP, paspor, buku tabungan, catatan pribadi dan sejumlah uang tunai. “Beliau kelahiran tahun 1941. Alamat di KTP-nya Jalan Jawa Gang I Nomor 23, Sumbersari, Kabupaten Jember,” kata Lia.
Lia juga mengatakan, jika dalam satu jam setelah on air di Radio Suara Surabaya belum ada keluarga yang merespon, maka Prof. Idha akan dibawa ke kantor polisi terdekat.
Tak lama, para pendengar Radio Suara Surabaya dan netter e100 yang kenal dangan kerabat korban atau mantan mahasiswa Prof Idha langsung merespon.
“Saya minta tolong ke kerabat saya di Jember untuk mencari alamat sesuai KTP Profesor Idha. Setelah dicari alamaya rumahnya sudah ketemu, sudah konfirmasi. Memang benar dulu yang tinggal Profesor Idha tapi sudah gak ada. Kosong rumahnya,” kata Didin, pendengar.
Sementara, Yudhi, warga Jember mengatakan, Prof. Idha tidak berkeluarga, sehingga yang dibilang anak-anaknya adalah keponakannya.
“Trima kasih bantuannya. Keluarga akan menghubungi. Teman saya keponakannya,” tulis Novita Hamid, netter.(iss/ipg)