Achmad Arif juru bicara Jamaah Ansharusy Syariah Wilayah Jatim mengatakan, aksi menuntut pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror oleh Gabungan Umat Islam (Gamis) ini bukan pertama kalinya.
“Kami sudah melakukan aksi ini beberapa tahun lalu, karena banyaknya kejadian yang dilakukan Densus 88 di luar kewenangannya,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, di depan kantor DPRD Jatim, Jumay (18/3/2016).
Kejadian yang dimaksud oleh pria yang biasa dipanggil Ustadz Arif ini, antara lain, pembunuhan-pembunuhan terhadap terduga teroris tanpa adanya proses peradilan.
“Kami mencatat tidak kurang dari 120 orang terduga teroris di Indonesia yang dibunuh tanpa adanya proses peradilan,” katanya.
Sementara yang memicu aksi Gamis di Surabaya, kali ini, adalah kejadian yang menimpa Siyono terduga teroris yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, beberapa hari lalu.
Arif mengatakan, Siyono dikenal sebagai imam dan aktivis masjid, serta dikenal baik oleh masyarakat sekitarnya. Densus 88 anti teror menangkap Siyono di masjid sebelah rumahnya, Selasa (9/3/2016) lalu.
“Dia ditangkap dalam keadaan sehat, kemudian dipulangkan dua hari kemudian dalam keadaan meninggal. Berdasarkan hasil investigasi di sana, ormas setempat, ada luka-luka lebam dan menghitam di tubuh jenazah,” ujarnya.
Jamaah Ansharusy Syariah, menurut Arif telah melaporkan temuan tersebut ke Komnas HAM, tapi sampai saat ini tidak ada tindakan nyata.
Selain menuntut pembubaran, pengunjuk rasa Gamis yang sebagian besar merupakan Jamaah Ansharusy Syariah dari beberapa kabupaten di Jatim juga menuntut audit pejabat Densus 88 Antiteror.
“Karena densus pakai uang rakyat. Kalau tidak salah, beberapa waktu lalu presiden Jokowi menyuntikkan dana Rp1,9 triliun untuk Densus 88 dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris, red),” ujarnya.
Seiring tindakan Densus 88 Antiteror yang dinilai Jamaah Ansharusy Syariah tidak profesional, mereka meminta pemerintah mengaudit penggunaan uang rakyat tersebut.
“Apa dana yang dipakai Densus 88 itu sudah benar penggunaannya, atau justru diselewengkan,” katanya. (den/ipg)