Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) membantah telah melakukan cuci otak bagi anggotanya. Menurut mereka, masing-masing anggota masuk dengan kesadaran sendiri.
“Bahkan kami juga melarang seorang ibu, jika join dengan Gafatar kalau ibu-ibu itu tidak mengikutkan suaminya. Kami tidak mau dianggap mengambil istri orang,” kata Riko, mantan pengurus DPD Gafatar Surabaya, ketika memberikan keterangan pers, Rabu (13/1/2015).
Gafatar sejak awal didirikan menggunakan empat prinsip utama yaitu tidak berzina, membunuh, mencuri, dan berdusta. Dengan alasan inipula maka setiap anggota baru yang sudah berkeluarga memang dianjurkan untuk mengajak seluruh anggota keluarganya.
Sejak didirikan tahun 2011, Gafatar juga bukanlah organisasi Agama sehingga Riko kaget jika organisasi ini dikaitkan dengan isu kesesatan agama.
Meski begitu Riko mengatakan jika organisasinya dalam bertindak memang berdasarkan aturan-aturan universal yang diambil dari agama.
“Tapi ndak papa sekarang Gafatar dilarang, toh kita juga sudah membubarkan diri sejak Agustus 2015,” kata dia.
Sementara itu, meski telah bubar, Riko mengakui beberapa mantan anggotanya saat ini masih berpegang teguh pada visi dan misi Gafatar yaitu menciptakan swasembada pangan.
“Kita sejak awal memang fokus ke kegiatan sosial salah satunya bagaimana bisa menghindari krisis pangan,” ujarnya.
Di Jawa Timur sendiri, Gafatar telah memiliki anggota sebanyak 945 orang. Sedangkan di Indonesia telah ada 10 ribu orang lebih yang telah bergaung dengan Gafatar. (fik/rst)