Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang satu diantaranya ditandai dengan mengharuskan siswa untuk membaca buku pelajaran dan pengetahuan, menjadi sangat penting dan dibutuhkan siswa. Apalagi jika dikaitkan dengan tuntutan serta persaingan di pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Dengan membaca, siswa diharapkan memiliki bekal pengetahuan tentang berbagai hal. Termasuk buku pelajaran dan buku berbagai pengetahuan. Ini penting bagi keterampilan dan kecakapan siswa, apalagi jika dikaitkan dengan pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean,” kata Sudarminto Kabid Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Lebih lanjut Sudarminto menambahkan bahwa GLS saat ini memang digeber habis-habisan di seluruh sekolah di wilayah Surabaya dengan harapan bahwa para siswa dapat meluangkan waktu untuk membaca berbagai buku pengetahuan.
Karena melalui buku, yang disebut-sebut sebagai jendela dunia itulah, lanjut Sudarminto maka siapapun akan mengetahui dan memahami bagaimana negara-negara di dunia ini berjalan. Mulai dari sejarah, kebudayaan hingga pengetahuan umum lainnya.
Oleh karena itu, keberadaan sudut baca atau perpustakaan bagi sekolah wajib ada, agar siswa tidak lagi punya alasan untuk tidak membaca. “Oleh karena itu, melalui kegiatan seperti yang dilaksanakan di SMAN 21 ini sepatutnya dicontoh sekolah lain,” kata Sudarminto.
Sementara itu, tahun 2017 mendatang akan ditunjuk sejumlah sekolah di Surabaya sebagai pelaksana GLS, diantaranya adalah SMAN 21 dan SMAN 16 Surabaya. “Ini penting dilaksanakan, dan jika dikaitkan dengan kebutuhan siswa untuk mempersiapkan diri menjelang MEA, menjadi sangat dibutuhkan,” ujar Sudarminto usai membuka Festival Literasi Selekoors, di SMAN 21 Surabaya, Selasa (1/11/2016).
“Program dari direktorat sendiri ada 9 sekolah unggulan yang terdiri 5 sekolah rujukan dan program KWU mendapat amanah,” kata Sudarminto.(tok/ipg)