Sabtu, 23 November 2024

Fraksi PAN Mendesak Presiden Membentuk Tim Independen Kasus Kematian Siyono

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan

Teguh Juwarno wakil ketua fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI mengatakan kalau fraksinya mendukung langkah Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang mendesak Joko Widodo Presiden membentuk tim independen untuk menyelidiki kematian Siyono saat ditangkap tim Densus 88 Polri.

“Fraksi PAN mendukung langkah PP Muhammadiyah yang mendesak Presiden Jokowi agar membentuk Tim Independen untuk melakukan evaluasi dan Audit Densus 88,” ujar Teguh saat dihubungi suarasurabaya.net, Rabu (30/3/2016).

Menurut Teguh, kasus kematian Siyono ini merupakan puncak kekecewaan masyarakat atas perilaku Densus 88 yang bertindak tanpa kontrol.

“Tewasnya Siyono saat ditangkap Densus 88 menjadi puncak kekecewaan kita atas perilaku Densus 88 yang selama ini bertindak tanpa kontrol,” kata dia.‎

Kata Teguh, perintah Konstitusi dan tujuan negara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, maka presiden tidak bisa membiarkan tindakan Densus 88 yang telah membunuh lebih dari 100 terduga teroris seperti catatan Komnas HAM, dengan proses yang melanggar HAM.

“Presiden tidak bisa membiarkan perilaku “brutal” ini terus menerus. Polisi langsung berada di bawah wewenang Presiden sehingga wajar bila Presiden harus membenahi persoalan serius ini,” kata Teguh.

Dia menegaskan, audit terhadap Densus 88 dan BNPT juga perlu dilakukan dengan melibatkan PPATK untuk mengetahui darimana asal dana mereka. Karena disinyalir menggunakan dana asing tanpa audit yang jelas.

“Kematian Siyono yang meninggalkan istri serta 5 anak yang masih kecil, juga “siyono-siyono sebelumnya”, semoga menyentuh hati Presiden. Presiden tidak boleh membiarkan perilaku pemberantasan teroris yang malah berpotensi menimbulkan bibit radikalisme akibat dendam atas ketidak adilan Densus 88,” ujar Teguh.

Sebelumnya, Polri menjelaskan kalau Siyono meninggal karena terbentur kepalanya saat terjadi perkelahian dengan tim densus 88.

“SY (Siyono) ditutup matanya, awalnya kooperatif. Tapi ketika sampai di suatu tempat, dia tidak mau menunjukkan lokasi penyimpanan senjata api. Siyono kemudian minta borgol dan penutup matanya dibuka. Saat dibuka, Siyono langsung memukul anggota, sehingga terjadi perkelahian dan Siyono terbentur kepalanya pingsan. Saat dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Jogya, nyawanya tak tertolong,” ujar Anton Charliyan Kadiv Humas Polri, Senin (14/3/2016).(faz/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs