Batik Gedog Tuban memang tidak setenar batik Jogya atau batik Pekalongan dan batik Madura. Tetapi keberadaan batik Gedog Tuban ternyata masih eksis dan tak lekang oleh zaman. Masih tetap menggunakan teknologi turun temurun sejak zaman dulu.
“Termasuk untuk teknik membuat kain tenunannya masih tetap menggunakan mesin tradisional dari kayu sedemikian rupa. Dan yang paling mendasar dari selembar batik Gedog Tuban adalah kainnya yang kasar dan motifnya yang sederhana,” terang Lintu Tulistiantoro ketua Kibas.
Menurut Lintu, popularitas batik Gedog Tuban saat ini memang tidak setenar batik-batik lainnya di Jawa atau Nusantara, tetapi sejatinya batik Gedog Tuban sarat dengan nilai-nilai historis serta keyakinan yang kuat dari para pembuat dan pengrajinnya.
Untuk selembar kain batik Gedog Tuban, bukan sekedar dimaknai dengan nilai tukar rupiah semata. “Ada nilai filosofis yang menjadikan batik Gedog Tuban menjadi sangat menarik dan banyak diburu para kolektor. Ini sangat luar biasa,” lanjut Lintu.
Dan pameran bertajuk another side of batik Gedog yang bakal digelar di galery House of Sampoerna mulai Kamis (6/10/2016) hingga Sabtu (29/10/2016) mendatang itu, tak lain adalah juga untuk mengingatkan masyarakat tentang keberadaan batik Gedog Tuban.
35 Batik Gedog beragam motif Likasan Kotong, Rengganis, Gringsing, Kijing Miring, Kasatrian, Kembang waluh, Kembang Kluwih, Lok Can, Gunting, Ganggeng dan Owal Awil ditampilkan pada pameran kali ini disertai dengan sedikit penjelasan terkait motif batik Gedog itu sendiri.
Cerita tentang batik Gedog Tuban motif Gringsing yang dipercayai dapat digunakan sebagai selimut dan sebagai penyembuh bagi mereka yang sakit juga disajikan pada pameran kali ini.
Hingga saat ini, masyarakat, khususnya yang ada di kecamatan Kerek kabupaten Tuban, sebagai penghasil batik Gedog, sejaitnya selembar kain batikGedog itu punya banyak makna dan nilai filosofi serta fungsinya.
“Tidak hanya berdasarkan motif, batik Gedog juga memiliki sebutan sesuai dengan fungsinya seperti batik Gedog tapeh atau kain panjang, digunakan untuk sayut atau gendongan, untuk menggendong bayi atau barang. Adapula Serang Buwuhan, yaitu batik Gedog yang umumnya digunakan saat menghadiri acara atau hajatan keluarga,” papar Lintu saat berbincang dengan suarasurabaya.net.
Fungsi lain selembar kain batik Gedog yang hingga saat ini masih dilakukan dan dipercaya adalah sebagai prasyarat ketika akan mendirikan pilar (Saka Guru) sebuah rumah yaitu dengan cara menggantungkan batik pada pilar.
“Semoga pameran ini juga memberikan pemahaman baru tentang batik Gedog Tuban. Dan masyarakat semakin memahami keberadaan batik Gedog ini,” tukas Lintu Tulistiantoro yang juga dosen di Desain Interior UK Petra Surabaya ini.(tok/rst)