Rabu, 27 November 2024

Dunia Pendidikan Harus Bersih dari Propaganda Radikalisme

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan

Dede Rosyada Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan, propaganda paham radikalisme dan terorisme yang disusupkan melalui buku-buku pendidikan harus dihentikan.

Menurutnya, anak-anak adalah masa depan bangsa yang harus “bersih” dari paham negatif seperti itu.

“Dunia pendidikan apalagi anak-anak harus benar-benar bersih dari hal-hal semacam itu. Jangan ada toleransi bagi pihak-pihak yang secara sengaja atau tidak melakukan propaganda radikalisme dan terorisme dengan menyusupkannya dalam buku-buku pelajaran. Ini sangat berbahaya karena anak kecil memiliki daya ingat abadi yang terbawa sampai dewasa,” katanya di Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Atas dasar itulah, dia meminta bila memang terbukti adanya buku-buku pelajaran yang disisipi propaganda radikalisme atau bahkan terorisme, segera dilaporkan ke Kementerian Agama atau pihak berwenang lainnya. Menurutnya, saat ini Kementerian Agama telah diberi kewenangan untuk mengontrol konten buku-buku pelajaran agama.

“Segera laporkan bila menemukan bukti-bukti di lapangan agar nantinya bisa langsung ditindaklanjuti dan ditarik,” ujar Dede.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan dan sebagai bagian dari disiplin moderasi Islam Moderat yang inklusif dan moralis, Dede mengaku sangat menentang dunia pendidikan dijadikan tempat propaganda radikalisme atau bahkan terorisme. Untuk itu ia mengajak seluruh insan pendidikan di Indonesia waspada dan mensterilkan lingkungan pendidikan dari paham-paham negatif tersebut.

“Langkah apapun kalau berurusan dengan radikalisme pasti tidak kami dukung dan tidak kami benarkan. Kami di UIN sangat mendukung moderasi Islam Moderat yaitu Islam yang rahmatan lil alamin. Pokoknya apapun namanya radikalisme itu, apakah dalam kontek agama, politik dan lain-lainnya, tetap sama saja niatnya merusak,” kata Dede.

Sekadar diketahui, kampus UIN pernah kecolongan dengan dijadikan tempat berikrarnya para pendukung ISIS di awal keberadaan mereka di Indonesia tahun 2014 lalu. Sejak itu, Dede langsung melakukan pembersihan besar-besaran sehingga saat ini UIN telah bebas dari berbagai ancaman dan penyebaran radikalisme.

Tidak hanya UIN di Jakarta, kata Dede, hampir semua kampus UIN di Indonesia juga sudah bersih. Bahkan seluruh kampus UIN siap berada di garda terdepan dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Tapi, menurut Dede, kalau ada gerakan invisible atau bawah tanah, tentu harus terus dicari. Bahkan pihaknya, akan melibatkan intelijen negara untuk menyelidikinya. Bagi yang terlibat, Pembantu Rektor III akan langsung bertindak.

“Tidak ada tempat subur di kampus untuk berkembangnya radikalisme dan terorisme karena semua kurikulum sudah Islam Moderat semua,” ujar dia.

Terkait pergerakan kaum radikalisme dan terorisme akhir-akhir ini, Dede menilai sebenarnya gerakan terorisme di Indonesia makin lemah. Bahkan ia menilai teror bom Thamrin itu menjadi bukti mereka makin frustasi.

“Mereka sudah ngawur dan tidak jelas. Bayangkan ngapain melakukan teror di warung kopi. Intinya mereka itu tidak cerdas dan seperti orang frustasi,” kata Dede.

Sebelumnya, Gerakan Pemuda (GP) Ansor menemukan buku-buku untuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Depok, Jawa Barat, serta di beberapa daerah di Indonesia mengandung kalimat-kalimat berisi ujaran terorisme dan radikalisme. Benny Ramdani Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, menjelaskan bahwa buku paket pelajaran tersebut berjudul “Anak Islam Suka Membaca” jilid 1,2,3,4, dan 5.

Buku-buku ini bisa disebut menanamkan benih-benih radikalisme sejak usia dini, karena diajarkan kepada anak-anak TK yang masih sangat polos. Apalagi penulis buku tersebut istri dari pimpinan kelompok radikal di Solo.(faz/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
27o
Kurs