Setelah mengirimkan kapal tenaga surya Jalapatih 2 untuk berkompetisi di Belanda, Tim Batharasurya Solar Boat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mempersiapkan dua lagi kapal tenaga surya untuk berlaga ke Yanagawa Solar Boat Festival 2016, Fukuoka, Jepang.
Tim Batharasurya bersama dua kapalnya secara resmi diluncurkan Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, Rektor ITS, dengan seluruh delegasi ITS yang telah berlaga dan mengukir prestasi berskala internasional di Rektorat ITS.
“Kita buat bobot kapal yang lebih ringan,” jelas Andhika Estiyono MT, dosen pembimbing Tim Batharasurya. Tahun lalu, imbuhnya, berat kapal mencapai 68 kilogram dan dikurangi menjadi 20 kilogram pada tahun ini. Pengurangan berat ini ditargetkan dapat mempercepat jalannya kapal.
Dosen Jurusan Desain Produk Industri ini juga menjelaskan kedua kapal yang akan berlaga memiliki desain yang jauh berbeda. Batharakala menggunakan desain step hull yang membuatnya mampu mengurangi hambatan air saat kapal dalam kondisi planning. Kondisi planning adalah keadaan ketika lambung depan kapal mengangkat.
“Namun hal ini dapat dicapai apabila kapal sudah memiliki kecepatan tertentu,” katanya. Dari target kecepatan 20 kilometer per jam, kapal Batharakala masih mampu menempuh kecepatan 13 kilometer per jam saat ujicoba terakhir. Bahan dasar kedua kapal yakni fiber glass, fiber carbon, dan polyuretan foam. “Kami juga sedang merencanakan agar kapal mudah dipotong dan dirakit,” kata Andhika.
Berbeda dari Batharakala, Triton didesain menggunakan V planning hull, sehingga kapal ini memiliki kemampuan manuver dan stabilitas yang baik. Tak hanya itu, Triton juga dilengkapi desain bangunan atas yang aerodinamis, sehingga mampu mengurangi hambatan udara yang diterima pengemudi.
“Berbagai perbedaan ini bertujuan agar tim Batharasurya dapat meraih juara di dua kategori lomba, endurance dan slalom,” kata Dwiko Hadianto Ketua tim Batharasurya Solar Boat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Meskipun begitu, tambah Dwiko yang juga menjadi driver, kapal yang digarap mulai April 2016 ini tetap memiliki beberapa persamaan.
Keduanya didesain dengan propeller atau baling-baling yang sama, yaitu berdiameter 30 sentimeter. Hal ini membuat kapal mampu menghasilkan torsi lebih besar. “Keduanya juga sama-sama berjenis mono hull atau satu lambung,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan kelahiran Oktober 1995 ini.
Walaupun sempat terhambat pergantian material kapal, Dwiko mengaku tim Batharasurya optimistis menghadapi kompetisi internasional ini. “Minimal masuk tiga besar,” ujar Dwiko.
Yanagawa Solar Boat Festival merupakan kompetisi kapal tenaga surya tahunan yang digelar oleh Pemerintah Prefektur Fukuoka Jepang.
Sebanyak 19 mahasiswa yang tergabung dalam tim ini akan bersaing dengan puluhan peserta dari negara-negara di Asia. “Tahun lalu kita berada di peringkat tujuh, dan tahun ini merupakan kali kedua keikutsertaan tim Batharasurya ITS,” kata Dwiko seperti dilansir dalam siaran persnya untuk suarasurabaya.net, Rabu (20/7/2016).(tok/ipg)