Sukardo Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur mengatakan, saat ini pihaknya konsentrasi untuk mengawasi tenaga kerja asing yang mulai bekerja di Jawa Timur.
Menurutnya dari data di Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T) sementara, jumlah pekerja asing di Jawa Timur saat ini mencapai 1.600 orang. Tapi kenyataan di lapangan sekitar 3.000 lebih tenaga asing.
“Ini yang perlu diperhatikan, kami juga meminta imigrasi untuk melakukan pengawasan karena filternya juga adalah imigrasi,” jelasnya pada Radio Suara Surabaya, Kamis (28/4/2016)
Ia menjelaskan, Disnaker saat ini juga telah membentuk tim pengawas sebanyak 195 orang, termasuk unsur imigrasi dan Polda Jatim yang juga ikut mem-back up.
Sukardo mengatakan, meskipun informasi yang berkembang upah pekerja asing di Jawa Timur dibawah UMK, namun ia menampiknya. Karena banyak tenaga asing yang bekerja ikut bekerja di perusahaan asing pula.
“Misalnya di Gresik itu ada 13 pekerja asal India yang menajdi ahli mesin di perusahaan India disana, di Tjiwi Kimia juga ada 27 tenaga asing tapi mereka memiliki dokumen lengkap,” katanya
Sebenarnya, kata Sukardo, terdapat batasan waktu bagi para pekerja yang bekerja di perusahaan di Jawa Timur. Mekanismenya, mereka dibatasi 2 tahun untuk kemudian harus diganti dengan tenaga lokal.
“Mereka harus memberikan pelatihan kerja kepada tenaga lokal yangperuntukannya nanti dikembalikan kepada tenaga lokal,” jelasnya.
Karena dirinya khawatir, pada 2015 lalu terdapat 7.500 orang yang dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Maka dari itu, harusnya mereka yang selanjutnya mendapat prioritas solusi pekerjaan.
“Data TPT dari Badan Pusat Statistik mencatat 4,47 persen atau 906 ribu orang manganggur, belum lagi ditambah 480 lulusan SMK baru,” katanya.
Mengantisipasi itu, Gubernur juga telah melakukan solusi dengan mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan mini baru yang sudah terlaksana sebanyak 70 persen. Tujuannya, nantinya mereka juga akan mendapat kompetensi sehingga mampu bersaing di dunia kerja.
Selain itu, Disnaker juga memiliki 17 Balai Latihan Kerja (BLK) yang menyebar di Jawa Timur. Targetnya setiap tahun mampu meluluskan 18 ribu orang, meski saat ini baru mampu meluluskan sekitar 11 ribu orang.
“Kita juga punya UPT Singosari dan UPT Pelatihan Kerja dengan 16 kejuruan. Mereka nantinya akan dilatih secara intensif hingga mampu berwirausaha ataupun bekerja ke luar negeri,” jelasnya.(rdy/ipg)