Dwi Purnomo Kepala Disnaker Surabaya mengatakan, kecelakaan kerja dalam area industri di Surabaya minim. Ini yang membuat Disnaker Surabaya beberapakali mendapat penghargaan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
“Kalau kecelakaan kerja di jalanan benar jika ada data menyebut cukup tinggi. Ini yang mendorong kami mengimbau perusahaan aktif sosialisasi sekaligus kampanye keselamatan berlalu lintas. Narasumbernya bisa dari lalu lintas serta Dinas Perhubungan,” kata Dwi dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (10/9/2016).
Mantan camat Tegalsari ini minta BPJS Ketenagakerjaan juga menerbitkan kartu JKK. Tujuannya supaya pekerja tahu haknya sehubungan dengan risiko kecelakaan kerja di pabrik maupun jalan. Supaya mereka tidak menanggung sendiri biaya perawatan akibat kecelakaan kerja.
“Sebenarnya bisa ditekan dengan cara preventif. Bisa dengan SMK2 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Misalnya perusahaan antar-jemput pekerja dengan kendaraan perusahaan. Terutama bagi pekerja perempuan. Di Surabaya, banyak perusahaan yang sudah menerapkan antar-jemput. Disnaker selalu mempermudah permintaan surat-surat untuk pengajuan klaim JKK dan gratis,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Karimunjawa Heru Prayitno membenarkan bahwa angka kecelakaan kerja terkait lalu lintas cukup tinggi.
“Dari angka kecelakaan kerja yang ada, 70 persen di antaranya karena lalu lintas. Ini tidak murni karena kesalahan pekerja, tapi bisa karena pengendara lain. Jadi bisa jadi pekerja sudah hati-hati saat berangkat dan pulang kerja,” kata Heru.
Untuk menekan angka dari tahun ke tahun, kata Heru, pihaknya sudah pernah sosialisasi bersama Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim. Bahkan, pekerja yang menjadi peserta mendapatkan pin.
“Perusahaan berdasar himbauan BPJS Ketenagakerjaan juga mengimbau pekerja menggunakan helm, mematuhi aturan lalu lintas dan teknik keselamatan berkendara lainnya. Karena jika pekerja kecelakaan dan tidak masuk kerja, perusahaan juga rugi,” tukasnya. (rid/fik)