Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya segera memberdayakan sopir angkutan kota (angkot) menjadi sopir Bus Trans Surabaya yang rencananya beroperasi pada 2017 mendatang.
Praktiknya, kata Risma, para sopir angkot akan menjalani serangkaian tes psikologi dan tes mengemudi. Tujuannya, agar sopir Trans Surabaya mengoperasikan kendaraan itu tepat waktu.
“Saya enggak mau kalau tidak disiplin. Juga supaya mereka bisa menjaga kendaraan tetap bersih,” ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/12/2016).
Pada tahap awal, Pemkot Surabaya menyediakan 25 unit bus dengan dana APBD Surabaya 2017. Jenis bus ini low floor agar penumpang lansia dan penyandang disabilitas lebih mudah menaiki bus.
“Saya juga tidak perlu khawatir anak-anak yang naik bus terjatuh. Kita akan atur supaya jadwalnya tetap, setiap lima menit selalu ada bus,” ujarnya.
Moda transportasi ini pada praktiknya akan dikelola oleh Unit Pelaksana Trans Surabaya yang berada di bawah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
Moda transportasi ini, kata Risma, akan mendukung transportasi massal trem di Surabaya. Bus ini akan menjadi feeder penumpang trem yang masih dalan proses pembicaraan dengan Pemerintah Pusat.
Sebaliknya, bus ini akan menampung penumpang trem dari park and ride atau halte yang secara bertahap dibangun di berbagai lokasi di Surabaya.
Pada tahap awal, Pemkot Surabaya akan menguji coba bus ini di kawasan Middle East Ring Road (MERR). Rutenya dari jalan Ir Soekarno hingga Kenjeran Kota Surabaya.
Risma menjelaskan, uji coba dilakukan di MERR untuk mempermudah restrukturisasi angkutan umum. Sebab, MERR merupakan kawasan baru yang belum tersentuh rute angkutan umum.
Adapun untuk halte bus Trans Surabaya, kata Risma, akan dikerjakan oleh swasta atau para pengembang. Rencananya akan ada 60 titik kebutuhan halte untuk bus Trans Surabaya.
Dari Simpang Gunung Anyar, Rungkut Harapan, Pandugo, hingga Klampis Anom Ruko. Selanjutnya, halte juga dibangun di Simpang Arif Rahman Hakim, SMP 19, hingga Jalan Ir. Soekarno Kenjeran.(den/ipg)