Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan siap menembak mati para pengedar narkoba, karena tindakan mereka ini sudah merusak jutaan generasi muda dan mengancam masa depan negara.
“Kami tidak ngawur, karena tindakan tegas itu juga terukur, sebab akan kami lakukan pada pengedar yang kami sudah punya data pelanggaran hukumnya. Kalau sudah begini masih direhabilitasi justru kita yang kalah, karena mereka pasti cari mangsa lagi,” katanya, di Surabaya seperti dilansir Antara.
Dia menjamin tindakannya tidak akan melanggar hukum dan HAM.
“Pernyataan presiden bahwa Indonesia berstatus darurat narkoba itu sudah di atas UU, bahkan Presiden menyatakan perang pada narkona. Selain itu juga ada Peraturan Kepala Polri. Tindakan mereka yang merusak jutaan generasi muda itu justru lebih melanggar HAM,” katanya.
Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan tim khusus yang akan bertindak tegas pada pengedar narkoba yang merusak jutaan generasi muda itu. “Kami tinggal menunggu senjata standar yang kami pesan dan akan datang pada bulan November,” katanya.
Dalam acara yang juga dirangkai dengan pertemuan BNN/BNNP dan Reserse Narkoba se-Indonesia itu, ia menegaskan bahwa pihaknya juga sudah memiliki 50 ekor K-9 (anjing pelacak) khusus narkoba.
“Lima puluh ekor k-nine itu sudah kami latih dalam enam bulan dan daya endus dan lacaknya sudah teruji, bahkan saya sendiri yang berangkat ke Belanda atas perintah presiden untuk belajar khusus teknik menciptakan K-9 itu,” katanya.
Bahkan, unit K-9 itu akan ditingkatkan lagi jumlahnya dengan menggunakan anjing setempat. “Untuk itu, BNN sudah bekerja sama dengan komunitas pecinta anjing. Jadi, kami serius memerangi narkoba, karena pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5,9 juta,” katanya.
Apalagi, para bandar sudah menciptakan “Operasi Regenerasi Pasar Narkoba” yang menyasar anak-anak TK, SD, dan SMP melalui jajanan anak-anak sekolah yang membuat ketagihan. “Mereka lakukan itu, karena 5,9 juta pengguna sudah tinggal menunggu waktu saja untuk sekarat dan mati,” katanya.
Saat ini, katanya, tercatat 40-an orang per hari yang meninggal dunia akibat menjadi pengguna narkoba yang menggerogoti sistem metabolisme pada organ tubuh mereka, sedangkan bandar besar yang diuntungkan umumnya ada di luar negeri.
“Omzet jaringan narkoba itu sudah mencapai Rp3,6 triliun dalam setahun, namun tahun lalu tercatat Rp2,7 triliun yang aliran dananya keluar dari Indonesia dengan menyebar pada 11 negara dan angka terbanyak mengalir ke China,” katanya.
Namun, ia mengaku sudah putus asa, karena pihak luar negeri sulit diajak kerja sama dalam pemberantasan narkoba, termasuk negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia. “Untuk itu akan kami berantas dengan cara-cara yang sudah kami pelajari dari berbagai negara,” katanya. (ant/dwi)