Beberapa pihak yang kontra dengan rencana pemerintah menaikkan premi BPJS Kesehatan Mandiri menyoroti belum memadainya pelananan kesehatan di Indonesia.
Agustin Poliana Ketua Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Kota Surabaya mengatakan, kurangnya pelayanan kesehatan tampak dengan adanya fakta bahwa belum semua RS di Surabaya bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Perempuan yang biasa dipanggil Titin ini menyebutkan, dari 65 Rumah Sakit yang ada di Surabaya, hanya 34 diantaranya yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Ini mengakibatkan masyarakat yang selama ini tidak mengetahui mana saja rumah sakit yang melayani pasien BPJS sering kecele. Sudah menjalani perawatan dan berharap keringanan biaya, tapi tetap membayar penuh.
“Akhirnya sia-sia dia punya BPJS itu tidak bisa digunakan,” katanya kepada suarasurabaya.net, Selasa (15/3/2016).
Dia juga mengatakan, puskemas di Surabaya sebagai pelayan kesehatan primer untuk masyarakat, sebagian besar belum memadai. Baik dalam hal pelayanan maupun tenaga kesehatan.
“Puskesmas itu diharuskan menangani lebih dari 100 penyakit yang sudah didaftar dan tidak dibolehkan oleh BPJS untuk terlalu mudah merujuk pasien. Nah, apakah sudah ada evaluasi bagaimana pelayanan di Puskesmas? Tenaganya berapa?” ujarnya.
BPJS Watch Jatim membenarkan, rumah sakit peserta BPJS di Surabaya memang belum merata. Data yang mereka himpun, hanya 29 rumah sakit di Surabaya yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
“Jadi di Kota seperti Surabaya ketersediaan fasilitas kesehatan masih kurang merata dan memadai. Rumah sakit yang ada masih sangat terbatas,” kata Jamaludin Koordinator BPJS Watch Jatim.
Jamal menyarankan, sebaiknya Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya bersama Armuji Ketua DPRD Kota Surabaya membuat kebijakan yg mewajibkan semua RS di Surabaya bekerjasama dengan BPJS.
Namun, tidak cukup sampai di sana, harus ada penerapan sistem rujukan yang berjenjang dan terstruktur dalam hal penanganan pasien sakit di Surabaya.
“Misalnya berbasis zona wilayah. Mulai dari Surabaya Utara, Pusat, Barat, Timur, dan Selatan. Karena saat ini sistem rujukan masih amburadul,” ujarnya.
Mengenai Puskesmas yang ada di Surabaya, Jamal mengatakan seluruhnya harus direvitalisasi. Dengan demikian, pelayanan kesehatan fasilitas primer itu meningkat.
“Standarnya puskesmas melayani rawat inap dan buka 24 jam. Dokter maupun bidan, juga perawatnya sudah siaga. Fasilitasnya juga harus lengkap, seperti Puskesmas di DKI Jakarta dan Yogyakarta,” katanya. (den/iss/ipg)