Muhammad Taufik (54) warga Sleman, Yogyakarta datang ke penampungan eks anggota Gafatar di Asrama Transito, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Jatim di Jalan Margorejo, Surabaya, Minggu (23/1/2016).
Pria ini mencari anak dan cucunya, Diah Ayu Yulianingsih (27) dan cucunya Raina (2). Dia juga menunjukkan foto putri bungsu dan cucunya kepada petugas.
Sayangnya, nama yang dicari Taufik tidak terdaftar di daftar orang Eks Gafatar yang ditampung di Transito, Jalan Margorejo.
“Anak saya pergi sejak 11 Desember 2015 lalu. Saya sudah mencari sampai ke Ketapang (Kalimantan Barat) tapi tidak ketemu,” ujarnya kepada wartawan Minggu siang.
Taufik mengaku berinisiatif ke Surabaya karena di Yogyakarta dia tidak menemukan anaknya terdaftar dalam rombongan Eks Gafatar di sana.
Taufik tiba di Surabaya Sabtu (23/1/2016) malam pukul 21.00 WIB, kemudian menanyakan keberadaan anaknya ke petugas polisi yang berjaga di Transito Minggu siang.
Dia mengisahkan, Diah, putrinya, tidak berpamitan berangkat ke Kalimantan. Pada 11 Desember 2015 lalu, Diah pamit pergi ke ulang tahun anak temannya di Monumen Jogja Kembali (Monjali).
“Acara itu memang ada. Tapi kami (bersama istrinya) tidak menemukan anak dan cucu saya,” katanya.
Diah, kata Taufik, berubah murung dan terpukul setelah suaminya meninggal pada 31 Agustus 2015 lalu. Taufik sama sekali tidak menduga, Diah akhirnya memutuskan bergabung Gafatar dan turut dalam eksodus ke Kalimantan.
“Hari itu, (saat putrinya hilang) kami menangis seharian. Sampai akhirnya saya menemukan HP milik anak saya yang rusak,” ujar Taufik mengisahkan.
Taufik berinisiatif menservis telepon selular itu agar bisa berfungsi kembali. Dia mendapat, ada lagu Mars Gafatar tersimpan dalam ponsel anaknya.
Dari lagu itulah dia mulai mencari informasi tentang Gafatar. Sampai akhirnya menemukan website resmi Gafatar yang memuat foto-foto anggota dan struktur organisasi.
“Saya lihat satu-satu, ada beberapa orang yang saya kenali dan saya ingat pernah datang ke rumah,” katanya. Dia pun yakin, putrinya telah bergabung dengan Gafatar.
Pencarian Taufik dan istrinya berlanjut. Dia berkonsultasi dengan banyak pihak, termasuk besannya yang bekerja di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Taufik berhasil melacak lokasi nomor telepon pengirim lagu Mars Gafatar ke ponsel anaknya, melalui besannya, lalu mengejarnya hingga ke Ketapang, Kalimantan.
“Beberapa hari di sana. Karena ada keluarga. Dari tanggal 28 Desember 2015 sampai 1 Januari 2016,” katanya. Namun upayanya tidak membuahkan hasil.
Taufik berharap petugas di Transito Jalan Margorejo, Surabaya, memberikan informasi apapun bila ada tanda-tanda mengenai Diah dan Raina, putri bungsu dan cucunya.
“Saya sudah meninggalkan nomor HP saya. Sekarang katanya ada kloter baru, saya mau menunggu dulu,” ujarnya.
Beberapa orang keluarga Eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berdatangan ke asrama penampungan Transito Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan di Jalan Margorejo, Minggu.
Petugas keamanan mencegah mereka masuk ke area gedung penampungan. Para petugas menanyakan nama orang yang dicari, di gerbang depan Transito, kemudian menyesuaikan dengan data orang yang ditampung. (den/iss/dop)