Pohon Aren dipilih oleh relawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) PMI Jawa Tengah sebagai solusi untuk menangkal bencana banjir yang kerap terjadi di wilayah yang dilewati aliran sungai Bengawan Solo, khususnya di kota Surakarta.
Penanaman bibit Aren dilakukan di bantaran sungai Keduang, desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (27/8/2016) yang merupakan salah satu anak sungai Bengawan Solo di bagian hulu dan dianggap memiliki kontribusi besar penyebab bencana banjir di Kota Surakarta.
“Sungai Keduang bisa dibilang menjadi sumber utama masuknya endapan atau sedimen ke Waduk Gajah Mungkur dan Bengawan Solo. Makanya kita tanami Aren karena bisa mengikat tanah di sekitar bantaran, jadi bisa menahan endapan supaya tidak masuk ke sungai,” kata Warjo Koordinator Lapangan Sibat Kabupaten Wonogiri seperti dilansir Antara.
Lebih lanjut Warjo menjelaskan, kemampuan pohon Aren dalam menangkal banjir di wilayah hulu yang baik terletak pada bagian akarnya yang bisa saling mengikat satu sama lain dengan pohon Aren yang ada di sekitarnya, sehingga memberikan kestabilan bagi tanah agar tidak mudah tergerus atau larut ke aliran sungai.
Maka dari itu, penanaman pohon Aren akan dilakukan di sepanjang bantaran sungai Keduang dari dua dusun di desa Gedong, yaitu dusun Sasap hingga dusun Watu Pecah dengan jarak total sejauh 15 kilometer.
“Pohon Aren akan ditanam dengan jarak tujuh meter, ini jarak ideal untuk akarnya mengikat dengan kuat. Jumlah bibit Aren yang ditanam sebanyak dua ribu batang,” tutur Suyarto salah seorang anggota Sibat desa Gedong.
Selain memiliki manfaat di bidang mitigasi bencana, pohon Aren tersebut diharapkan juga memberikan keuntungan ekonomi bagi warga sekitar yang memanfaatkan pohon dari keluarga palem-paleman tersebut.
Suyarto menjelaskan, setiap bagian pohon Aren bisa dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, hingga buahnya, baik untuk kepentingan kesehatan, pangan, maupun ekonomi.
“Batangnya bisa dibuat sagu, buahnya bisa dimakan jadi kolang-kaling, akarnya mencegah erosi, batang daunnya jadi sapu lidi, sadapan buahnya jadi gula aren, bisa untuk obat sembelit dan diare juga,” ujar pria yang sehari-hari menjadi petani itu menjelaskan.
Meski pun memiliki beragam manfaat, namun salah satu alasan kuat pemilihan pohon Aren sebagai bagian mitigasi bencana banjir ialah karena kurangnya minat masyarakat untuk menebang pohon tersebut.
Harapannya, dengan kurang berminatnya masyarakat untuk menebang pohon Aren maka keberadaannya bisa bertahan lebih lama untuk berfungsi sebagai penahan erosi di wilayah bantaran sungai.
“Tadinya ada kajian untuk menanam pohon kelapa, tapi orang masih mau menebang karena dijadikan bahan baku bangunan atau rumah. Tapi kalau pohon Aren tidak menarik, jadi kita pilih itu,” ujarnya menambahkan. (ant/dwi)