Sebagian warga mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Jatim yang baru dipulangkan dari Mempawah, Kalimantan Barat mengaku berat meninggalkan lokasi migrasi mereka. Alasannya, selain sudah menjual semua harta benda, mereka telah terlanjur memiliki lahan garapan di Kalimantan.
Herry (40) salah seorang mantan pengikut Gafatar asal Probolinggo Jawa Timur mengaku ikut Gafatar bukan karena ideologi atau aliran, melainkan untuk transmigrasi.
“Istilahnya ini kita transmigrasi tapi dikelola sendiri. Kita ini juga beli lahan di sana. Kita ada koordinatornya, kita punya lahan 40 hektar dikerjakan 1 kelompok tani,” ujar Herry di tempat penampungan sementara, di Transito Disnakertransduk, Jatim, Sabtu (23/1/2016).
Namun, Herry enggan mengungkapkan berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli lahan. Dia hanya mengaku jika sudah ada yang mengkoordonir dalam pembelian lahan secara patungan itu.
“Saya pengennya di sana, karena sudah punya lahan. Untuk berapa yang saya keluarkan beli lahan itu rahasia,” katanya.
Pria asal desa Gending, Probolinggo ini datang ke Mempawah Kalimantan Barat sejak 3 bulan lalu. Selain mengajak istri dan ketiga anaknya, Herry juga mengajak serta ayahnya.
Kini, Herry sudah dipulangkan ke Jatim. Dia akan menghadapi segala risiko jika warga Probolinggo tidak menerima keberadaan dirinya dan keluarga di kampung halaman.
“Kalau terkait ajaran Gafatar itu sudah berlalu. Kita di sana intinya cuma satu mandiri dan usaha sendiri, tapi masyarakat di sana persepsinya berbeda sehingga dibakar,” katanya.(bid/ipg)