Dua belas tahun sudah Munir Said Thalib aktivis hak asasi manusia Indonesia meninggal, tanpa ada kejelasan siapa pelaku dan aktor intelektualnya.
Munir dikenal sebagai seseorang yang memperjuangkan hak mereka yang lemah agar bebas dari keadaan dianiaya, dibungkam, atau dimatikan, tanpa memandang perbedaan agama, ras, dan keyakinan politik seseorang.
Para Sahabat Munir dari kelompok sineas, seniman, komunitas literasi, jurnalis, mahasiswa, dosen, aktivis kajian, pengacara, pegiat kemanusiaan, dan sebagainya sepakat untuk menggelar pekan “Merawat Ingatan”, dengan agenda “Menyimak Munir”.
Menyimak Munir adalah nonton bareng 6 Film besutan dari 6 sutradara: Riri Riza, Ratrikala Bhre, David O`shea & Lexy Rambadeta, Steve Pillar, Dandhy Dwi Laksono, serta Hariwi. Pemutaran dan diskusi dihelat di 23 daerah di Indonesia; Jakarta, Batu, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Medan, Banda Aceh, Jayapura, Ambon, Makassar, Lombok, Bali, Jombang, Sampang, Purwokerto, Bogor, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Manado dan Bangka.
“Lewat film kita bisa mengambil insprasi, menghimpun semangat, meringkus komitmen dan meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan dan perjuangan yang dirintis oleh pejuang HAM Munir,” ujar perwakilan Sahabat Munir melalui rilis yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (10/9/2016).
Pemutaran film dari enam sutradara itu diharapkan bisa membuat publik menangkap apa sejatinya prinsip hidup Munir, dan yakin bahwa Munir tak pernah mati. Pekan “Merawat Ingatan” diselenggarakan mulai tanggal 4-11 September 2016.
Momentum 12 tahun meninggalnya Munir ini diperingati KontraS Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya, Aji Surabaya dan Paguyuban Arek Suroboyo untuk menuntut agar Presiden Jokowi agar segera melaksanakan janji untuk menuntaskan kasus pembunuhan terhadap Cak Munir, dan mendesak Komisi Informasi pusat segera membuka dokumen Tim Pencari Fakta. (rid)