Belasan aktivis lingkungan dari Telapak dan Posko Ijo kembali menggelar aksi keprihatinan di depan Gedung Negara Grahadi untuk mendesak pemerintah serius mengelola Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jawa Timur.
“Jawa Timur saat ini mendeklarasikan sebagai provinsi industri ternyata belum dibarengi dengan pengolahan limbah B3 yang profesional,” kata Prigi Arisandi, jurubicara aksi, Rabu (16/3/2016).
Di Mojokerto, sebenarnya sudah ada sebuah perusahaan yang fokus mengolah limbah B3, sayangnya Prigi menilai jika perusahaan ini hingga kini belum menerapkan prinsip aman mengolah limbah B3.
Bahkan satu-satunya perusahaan pengolah limbah B3 yang ada di Mojokerto ini, ternyata menimbun begitu saja limbah-limbah B3 yang berasal dari ribuan perusahaan di Jawa Timur.
“Yang memprihatinkan, limbah-limbah dari rumah sakit juga dikirim ke Mojokerto dan ditimbun bahkan dipilah untuk dijual ulang,” ujarnya.
Akibat salah kelola limbah, beberapa warga yang ada di kawasan itu, kini juga mulai menderita beberapa gejala berbagai penyakit semisal demam dan mengalami gatal-gatal.
Sementara dari data yang dimiliki Posko Ijo menyebutkan, gelontoran limbah B3 di Jawa Timur, saat ini mencapai 19,4 juta ton pertahun atau sekitar 1,6 juta ton perbulan.
Pemasok limbah B3 terbesar berasal dari perusahaan yang ada di kawasan Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Mojokerto.(fik/ipg)