Selama Januari-September 2015 ini tercatat lebih dari 7,1 wisatawan mancanegara ke Indonesia, alias tumbuh 3,53 persen ketimbang periode sama 2014, yang 6.946.849 orang.
Arief Yahya, Menteri Pariwisata, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin (2/11/2015), menyebutkan, pada September 2015 mencapai 869.179 wisatawan mancanegara atau tumbuh sebesar 9,84 persen dibandingkan periode September 2014 sebanyak 791.296 wisatawan luar negeri.
“Pertumbuhan wisman pada September 2015 sebesar 9,8 persen merupakan tertinggi dalam sembilan bulan terakhir ini dan tercatat sebagai rekor baru dalam lima tahun ini,” katanya seperti dilansir Antara.
Performansi capaian pada September dan secara kumulatif Januari hingga September 2015 tersebut menguatkan target 10 juta wisman tahun ini optimistis akan terlampaui.
Yahya mengatakan, dampak dari kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari 15 negara tahun ini menjadi 90 negara, mulai memberikan hasil dengan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara, yang pada September 2015 mencapai dua digit.
“Dampak BVK lebih signifikan akan terasa mulai tahun depan. Kita proyeksikan tahun 2016 kebijakan BVK akan menambah jumlah kunjungan 1 juta wisatawan mancanegara, dengan devisa sebesar 1 miliar dolar Amerika Serikat,” kata Yahya.
Yahya menjelaskan, pemerintah melakukan terobosan sebagai deregulasi pariwisata dengan penerapan BVK 90 negara, penghapusan ketentuan Clearance Approval for Indonesia Teritory (CAIT), serta azas cabotage untuk kapal pesiar asing sehingga kunjungan wisman cruise maupun para yachter dunia masuk ke perairan Indonesia akan meningkat signifikan.
Data BPS dan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata menyebutkan, secara negara asal, maka pada September 2015 ini Mesir adalah negara dengan wisatawan terbanyak (72,70 persen), Uni Emirat Arab (44,51 persen), Arab Saudi (43,18 persen), Inggris (40,78 persen), dan Jerman (38,10 persen).
Sedangkan secara kumulatif Januari-September 2015 negara yang paling banyak wisatawannya adalah China (20,04 persen), Mesir (19,45 persen), Inggris (13,82 persen), India (10,94 persen), dan Jerman (6,26 persen).(ant/iss/ipg)