Para siswa Sekolah Dasar Vasil Levski 8 Sofia, Bulgaria terpukau ketika melihat wayang kulit yang seolah hidup.
Prof. Andrik, sang dalang, menggerakkan tokoh kijang dan babi hutan dengan gaya melompat-lompat, tidak saja bergerak lincah tetapi juga mengeluarkan lengkingan suara kijang dan rengekan babi hutan.
Kekaguman anak-anak SD itu mencapai puncaknya ketika hadir tokoh Petruk.
“Tokoh ini datang dari Bulgaria, lihatlah…hidungnya mancung, badannya tinggi, kurus seperti orang Bulgaria, karena makan banyak salad,” mereka tertawa terbahak-bahak.
“Di Bulgaria, saya bernama Peter,” kata Prof. Andrik dengan bahasa Bulgaria seperti dilansir Antara, Minggu (8/11/2015). Anak-anak menyambut dengan gelak tawa.
Prof. Andrik, sehari-hari pengajar di program studi Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret,Surakarta, saat itu menjalankan tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mempromosikan wayang di Universitas, Sekolah dan Masyarakat Bulgaria.
Kegiatan memperkenalkan wayang kulit di Sekolah Vasil Levski 8 Sofia tersebut diselenggarakan oleh KBRI Sofia.
Pensosbud KBRI Sopia Dina Martina mengemukakan Prof. Andrik mengawali acara dengan memperkenalkan peta Indonesia dan peta dunia.
Murid dapat membayangkan betapa jauhnya Indonesia. Dengan pesawat terbang ditempuh selama 16-30 jam.
Mereka baru pertama kali melihat teater boneka dari kulit kerbau dan tanduk kerbau. Hiasan warna-warni yang indah, ukiran yang rumit, membuat para siswa merasa kagum dan menggerakkan wayang dengan sangat mudah.
Prof. Andrik memperkenalkan cara menggerakkan wayang dan bagaimana suara setiap karakter. Kelak bila berkeinginan berkunjung ke Indonesia untuk melihat langsung rumah adat, budaya daerah, serta ingin menonton wayang semalam suntuk sebagaimana diutarakan para murid kepada Prof. Andrik.
Profesor membawakan peran lebih dari lima belas tokoh wayang, terutama untuk adegan Perang Kembang, yaitu punakawan, Arjuna, Sembadra, Buto Cakil, Raksasa dan beberapa binatang.
Ketika Profesor menawarkan kesempatan kepada murid-murid tersebut untuk memegang dan memainkan tokoh wayang tersebut, murid-murid saling berebut.
Antusiasme untuk mengenal wayang sangat tinggi, terutama bagaimana menggerakkan wayang dan memainkannya dengan dialog antar sesama murid. Hadir pula di kelas tersebut, Kepala Sekolah Emilia Todorinska didampingi beberapa guru.
Salah satu guru pendamping mengatakan murid-murid tersebut antusias karena bentuk tokoh-tokoh wayang yang lucu dan mudah dimainkan, serta tangannya sangat fleksibel seperti orang.
Wayang kulit berbeda dengan boneka Bulgaria karena harus digerakkan dengan tali dan sulit dimainkan.(ant/iss)