Suasana perayaan Imlek masih terasa di Kampung Tambak Bayan, Surabaya, yang mayoritas dihuni warga etnik Tionghoa ini.
Meski tidak banyak, namun ornamen Imlek seperti lampion, kertas angpao yang digantung, dan ornamen lainnya berwarna merah tampak menghiasi lorong kampung dan petak rumah di Kampung Pecinan itu.
Warga Kampung Tabak Bayan ini merayakan tahun baru Imlek 2566 dengan penuh kesederhanaan. Tidak tampak sedikitpun kemewahan, ataupun kegiatan yang menghambur-hamburkan uang. Mereka lebih memilih untuk berkumpul dengan sanak keluarga, yang belum tentu bisa bertemu setiap bulannya.
Tidak semua rumah di kampung pecinan ini memang memasang ornamen-ornamen imlek. Namun tradisi saling berkunjung ke rumah tetangga untuk memberikan ucapan selamat tahun baru Imlek tetap dilakukan.
Beberapa rumah yang hanya berukuran sekitar 4×3 meter di kampung Tambak Bayan, juga masih terdapat altar sembahyang. Setiap harinya, pemilik altar, menggunakannya untuk sembahyang mendoakan dan menghormati leluhurnya.
Lie Khoen Yie (57) satu di antara Warga Tambak Bayan mengatakan, meski hanya bekerja sebagai pengawas gudang, yang dibayar Rp50 ribu perhari, dirinya tetap merayakan imlek yang sudah menjadi tradisi leluhurnya.
Tidak ada buah, makanan, ataupun ornamen imlek yang ada di dalam rumahnya. Hanya sebuah altar kecil untuk sembahyang sebagai simbol penghormatan kepada leluhur, dan melakukan sembayang sebagai bentuk perayaan imlek.
“Saya hanya mempertahankan tradisi leluhur, sayakan keturunan Tionghoa, ayah saya yang asli orang Tionghoa, ibu saya warga Gresik. Ya seperti ini setiap tahun, karena tidak ada uang, cukup dengan sembahyang saya merayakan tahun baru Imlek,” kata Lie Khoen Yie kepada suarasurabaya.net, Kamis (19/2/2015).
Pria yang sudah puluhan tahun tinggal bersama istrinya di Kampung Tambak Bayan ini, tidak berharap banyak saat tahun baru Imlek kali ini. Dia hanya menginginkan kesehatan dan kesejahteraan, agar bisa merayakan Imlek tahun 2016.
Dia juga mengatakan, jika anak semata wayangnya yang sudah berkeluarga, kini jarang pulang ke rumah Tambak Bayan karena tinggal di luar kota. Meski tidak bisa bertemu, Lie Khoen Yie dan istrinya selalu mendoakan putranya agar selalu diberikan kebahagian, dan kelancaran rejeki.
Pertunjukan Barongsai keliling kampung Tambak Bayan, yang didatangkan oleh Yayasan Dharma Mulia menjadi hiburan tersendiri bagi Lie Khoen Yie. Meski tidak mampu memberikan angpao, namun dirinya bersyukur, tradisi leluhurnya tersebut masih bertahan hingga saat ini. (wak/fik)