Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Turki memperkenalkan budaya Islam Indonesia melalui Tari Saman dan musik rebana atau Dibaan. Budaya tersebut ditampilkan dalam rangkaian peringatan hari lahir (Harlah) yang digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCI-NU) Turki.
“Kami sengaja mengeksplorasi aspek-aspek kultural agama Islam di Indonesia dengan tujuan untuk memperkenal bahwa Islam Indonesia juga kaya akan hazanah budaya,” kata Bernando J. Sujibto, Humas Harlah NU di Turki, kepada Antara, Senin (9/2/2015).
Serangkaian acara digelar untuk memperkenalkan kebudayaan Islam Indonesia di negeri itu, seperti pementasan dan pertunjukan tradisi-tradisi Islam Indonesia. Panitia juga menggelar diskusi tentang Tari Saman dengan tema “Tari Saman: Representasi Seni Islam dalam Penyebaran Pesan-Pesan Dakwah”.
Azman, cendekiawan muda Aceh yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, menjelaskan, pada Tari Saman, penari menyampaikan pesan kalimat tauhid “Laiilahaillah”. Tari ini, kata dia, tidak sebatas gerak serempak dan cepat yang mampu menarik perhatian, namun juga menjadi media kritik tentang sosial budaya, pemerintahan dan sekaligus ajakan untuk melaksanakan syariat Islam.
“Sebagai negara yang berpenduduk Islam antara Turki dan Indonesia, kegiatan yang menampilkan kebudayaan dan tradisi keagamaan seperti ini sangat perlu didukung dan disemarakkan,” kata Yuksel Kahraman, perwakilan dari Pemerintah Kota Kayseri, Turki.
Warga lokal Turki yang hadir sangat antusias ketika peragaan pakaian tradisional keagamaan seperti pakaian adat dari Riau, baju koko, peci, mukena dan sarung dipentaskan. Mereka sangat memperhatikan bentuk dan gaya pakaian yang dikenakan oleh para pelajar Indonesia di Turki.(ant/iss/rst)