Ony Mahardika Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur menyampaikan tiga rekomendasinya terkait insiden pembunuhan warga penolak tambang pasir di Lumajang.
WALHI Jawa Timur mengutuk keras pembunuhan tersebut dan mendesak aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini, serta menangkap dalang pembunuhnnya.
“Kami juga mendesak Pemkab Lumajang, dalam hal ini Bupati dan Pemprov Jatim untuk menghentikan dan mencabut seluruh aktivitas pertambangan pasir di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian. Kami juga menyerukan solidaritas nasional untuk bersama-sama menyuarakan peristiwa ini,” katanya kepada Sentral FM, Sabtu (26/9/2015).
Menurut Ony, pihaknya telah mengerahkan jaringan aktivisnya untuk melakukan investigasi terkait pengeroyokan yang dialami dua penolak tambang. “Kami juga sudah berkoordinasi dengan WALHI Pusat di Jakarta dan juga jaringan aktivis peduli lingkungan lainnya untuk segera menyikapi hal ini,” katanya.
Menurutnya, masalah penambangan pasir yang menjadi pemicu pembunuhan ini, merupakan persoalan lama yang tak kunjung diselesaikan. Untuk itu, Polres Lumajang harus segera mengungkap insiden pembunuhan sadis ini.
“Kalau terbentur saksi, saya pikir seluruh masyarakat Desa Selok Awar-Awar tahu persis kejadiannya. Jadi, tidak sulit mencari saksi. Kami akan menurunkan aktivis untuk memberikan pendampingan agar warga tidak takut jika ada kemungkinan intimidasi dalam kasus ini. Kami memahami jika saat ini warga juga ketakutan,” katanya.
Kedua penolak tambang tersebut adalah Salim alias Kancil (52), warga Krajan II, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian yang ditemukan tewas dengan bekas pukulan benda keras di bagian kepalanya, Sabtu pagi; dan Tosan (51), Dusun Persil, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian di temukan tergeletak dengan luka parah, kini dalam kondisi kritis.(her/iss/fik)