Masih banyak warga Surabaya yang meremehkan bahaya terlalu banyak makan manis. Padahal sekarang ini, tujuh persen dari seluruh warga Surabaya menderita diabetes Melitus.
Askandar Tjokroprawiro, Dokter Endokrinologi Ahli Penyakit Dalam RS Dokter Sutomo Surabaya sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair mengatakan penderita diabetes melitus di Surabaya pada tahun 1980-an hanya 1,5 persen dari jumlah penduduk Surabaya.
“Sekarang penderita diabetes melitus di Kotamadya Surabaya sudah mencapai tujuh persen,” ujarnya kepada suarasurabaya.net di sela-sela seminar Good Doctor for Preventive Medicine – Focus on Managing Prediabetes di Prodia Surabaya, Minggu (29/3/2015).
Sementara saat ini, kata Askandar, Indonesia sudah menduduki peringkat ke-tujuh dengan penderita diabetes melitus di seluruh dunia. “Penambahannya cepat sekali lho. Tahun 2011 lalu Indonesia masih di peringkat ke-10 dunia, tahun 2013 lalu sudah menduduki posisi ke-tujuh dunia,” katanya.
Sedangkan berdasarkan data World Diabetes Foundation, hingga tahun 2015 sebanyak 382 juta jiwa yang hidup sebagai penyandang diabetes. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga tahun 2035 menjadi 592 juta jiwa. Atau dengan kata lain, satu dari 10 orang adalah penderita diabetes melitus.
Askandar mengatakan, fenomena ini sudah sangat perlu diintervensi. Ini karena penyakit diabetes melitus adalah penyakit yang menyebabkan berbagai jenis komplikasi mematikan, seperti jantung dan stroke.
Intervensi yang dimaksud, adalah dengan mengarahkan warga Indonesia, secara khusus warga Surabaya, untuk kembali pada pola hidup yang baik. “Olahraga, dan diet,” ujarnya.
Diet, kata Askandar, adalah mematuhi saran dari dokter yang memberikan konsultasi. “Patuhi jadwal makan dari dokter, dan yang paling penting, pantang manis,” ujarnya.
Tidak hanya itu, pola makan yang tidak sehat seperti memilih makanan cepat saji atau makanan yang memiliki kalori, mengandung lemak, dan karbohidrat yang tinggi adalah hal-hal yang perlu dihindari.
Tidak hanya orang dewasa, Remaja, kata Askandar, juga berisiko terkena diabetes melitus. “Terutama bagi remaja-remaja yang mengalami obesitas, yang gemuk. Sangat berisiko terkena diabtes melitus,” ujarnya.
Meski demikian, pola hidup dan pola makan ini merupakan faktor kedua setelah faktor utama. Faktor genetis adalah faktor utama yang menentukan seseorang berisiko terkena diabetes melitus. (den/dop/rst)