Tujuh calon mahasiswa baru dari kalangan penyandang disabilitas atau difabel mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Panitia Lokal Surabaya pada hari keenam pendaftaran, Sabtu.
Hingga pukul 12.00 WIB, calon mahasiwa baru yang mendaftar di Panitia Lokal (Panlok) 50 Surabaya berjumlah 10.206 peserta yang meliputi 3.732 mendaftar kategori Saintek, 4.881 Soshum, dan 1.593 Campuran.
Panitia Lokal 50 Surabaya terdiri atas enam PTN, yakni Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim, dan Universitas Trunojoyo Madura (Unijoyo).
Dr. Suyatno Koordinator Humas Panlok 50 Surabaya dari Unesa menyebutkan dari 10.206 peserta, tujuh di antaranya adalah difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Difabel yang mendaftar SBMPTN masih dimungkinkan bertambah karena pendaftaran ditutup 9 Juni mendatang,” katanya didampingi Bekti Cahyo Hidayanto Humas SBMPTN dari ITS Sabtu (16/5/2015) seperti dilansir Antara.
Menurut Suyatno, satu calon mahasiswa difabel mendaftar kategori Saintek, tiga orang mendaftar Soshum, dan tiga sisanya ikut kelompok Campuran.
“Rata-rata difabel yang mendaftar SBMPTN ini penyandang tunadaksa dengan enam orang dan satu orang penyandang tunarungu,” kata dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Unesa itu.
Pria yang juga pegiat/aktivis Pramuka ini menyebutkan hingga hari keenam pendaftaran SBMPTN masih ditemukan sejumlah kendala dari peserta.
Kendala mereka, antara lain kesulitan mencetak kartu peserta karena ukuran foto yang diunggah terlalu besar, kemudian banyak pendaftar yang kurang memperhatikan informasi pilihan prodi PTN yang dituju di laman www.sbmptn.or.id.
“Kendala ini ditemukan saat saya memantau pendaftaran di Sekretariat SBMPTN yang berada di Gedung PPG Unesa kampus Lidah Wetan. Mereka sering tanya soal ini,” ungkapnya.
Pihaknya pun menyarankan agar calon mahasiswa yang hendak mendaftar SBMPTN mempelajari secara lengkap petunjuk dan tata cara pendaftaran.
“Pelajari juga prodi-prodi yang akan dipilih melalui laman resmi, apalagi di laman resmi SBMPTN memuat informasi lengkap mengenai prodi, daya tampung, dan jumlah pendaftar tahun lalu. Dengan mengetahui jumlah pendaftar dari tahun ke tahun, bisa diprediksi keketatan persaingannya tahun ini,” kata Suyatno.
Sementara itu, Bekti Cahyo Hidayanto mengingatkan untuk difabel yang mendaftar SBMPTN diharapkan didampingi oleh keluarga saat datang ke lokasi ujian.
“Panitia akan memfasilitasi semua ABK mendapat ruang ujian di lantai satu supaya mempermudah akses. Akan tetapi, kalau ada tunanetra yang mendaftar, panitia tidak akan menyediakan naskah braille sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Naskah soal akan dibacakan oleh salah satu pengawas tambahan,” katanya.
Perlakuan khusus juga diberikan kepada difabel yang tidak bisa menulis sendiri jawabannya. Panitia bakal menyediakan salah satu petugas tambahan untuk membantu menuliskan jawaban.
“Tahun lalu ada 11 difabel yang mendaftar di Panlok 50. Namun, satu ABK diketahui mendaftar sebanyak dua kali. Jadi, sebenarnya ada 10 orang,” kata dosen Sistem Informasi ITS itu. (ant/dop/wak)