Tidak Diajak Bicara, Seniman Protes Renovasi Balai Pemuda

Sejumlah seniman Surabaya protes terhadap rencana renovasi atau pembenahan kompleks Balai Pemuda, lantaran tidak pernah diajak bicara terkait dengan rencana tersebut.

“Mestinya anak-anak itu (seniman Surabaya) diajak bicara. Kalau tiba-tiba dikirimi surat, terus ditutup seng, jelas menimbulkan banyak pertanyaan. Wajar kalau kemudian mereka protes. Pemerintah apa tidak bisa melibatkan atau mengajak bicara seniman?” tanya Sabrot D. Malioboro mantan Ketua DKS.

Menurut Sabrot, kejadian seperti ini, Pemerintah Kota Surabaya melakukan pekerjaan tanpa melibatkan seniman padahal pekerjaan itu berada dilingkungan seniman, bukan sekali ini terjadi.

Sebelumnya, lanjut Sabrot, seniman juga ditinggal saat pelaksanaan pembangunan Balai Budaya Surabaya. “Seniman tidak dilibatkan. Bahkan dimintai pendapat saja tidak. Sekarang rencana renovasi Balai Pemuda, sami mawon,” ujar Sabrot.

Sejak beberapa hari lalu, hingga Sabtu (13/6/2015) kranz bunga duka dipasang di depan Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS) beserta instalasi makam, sebagai bentuk protes seniman terhadap rencana renovasi Balai Pemuda.

“Intinya bukan protes rencana renovasi. Tapi kami mohon ajak dan beritahu kami, jika akan dilakukan pembangunan. Ayo kita duduk bersama, berbicara bersama agar kita semua dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek termasuk renovasi ini,” kata Sabrot.

Sementara itu, Freddy H. Istanto Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia tidak mempersoalkan rencana renovasi terhadap Balai Pemuda yang nota bene satu di antara bangunan cagar budaya Surabaya.

“Tapi harus melibatkan elemen, atau institusi terkait, termasuk kawan-kawan seniman dalam rangka rencana renovasi Balai Pemuda. Bagaimanapun bangunan itu adalah bagian dari publik Surabaya. Itu yang penting,” tegas Freddy pada suarasurabaya.net.(tok/ipg)