Pergizi Pangan Indonesia bersama Institut Pertanian Bogor dan Forum Tempe Indonesia mengusulkan tempe ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
“Ada empat alasan kenapa kita mengusulkan tempe sebagai warisan budaya, pertama karena banyak dokumen yang menyebutkan tempe berasal dari daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Ini tertera dalam Serat Centhini,” kata Prof Hardinsyah MS Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia di Bogor, seperti dilansir Antara, Selasa (4/8/2015).
Kalau sebelumnya masih ada yang menilai proses pembuatan tempe tidak higienis, ia menjelaskan, penilaian tersebut kini sudah tidak lagi berlaku karena sekarang pembuatan tempe sebagian besar sudah menggunakan mesin dan mengikuti standar nasional maupun internasional.
“Alasan berikutnya, tempe kaya manfaat. Salah kaprah jika ada yang menilai tempe meningkatkan asam urat. Kalau kedelai iya, tapi tempe tidak,” katanya.
Alasan ketiga, ia melanjutkan, tempe mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan, peluang usaha, dan peluang kerja.
“Asupan gizi bangsa Indonesia akan terganggu jika tempe tidak ada. Juga nilai-nilai budaya tempe dapat menjadi nilai ekonomi,” katanya.
Di samping itu, Hardinsyah menjelaskan pula bahwa tempe kini sudah diakui di tingkat Asia dan sudah ada standar pembuatan tempe yang mendapat pengakuan dari Codex Asia.
“Tempe mulai mendunia. Ini alasan kelima. Kenapa? Jangan sampai tempe diklaim berasal dari budaya bangsa lain. Sebelum ada hal kelima ini, ada baiknya masyarakat Indonesia, Pergizi Pangan, IPB dan Forum Tempe Indonesia mengusulkannya terlebih dahulu,” kata Hardinsyah.
Guru besar di Fakultas Ekologi Manusia IPB itu mengatakan prosedur pengusulan tempe sebagai warisan budaya ke UNESCO akan disampaikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengusul akan menyiapkan dokumen dan naskah-naskah yang dibutuhkan untuk pengajuan usul penetapan tempe sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Upaya penyiapan pengajuan usul itu sudak dimulai 2014. Tahun 2015 akan dilakukan penyiapan dokumen awal dan audiensi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan tahap final penyiapan dokumen ditargetkan selesai 2016 sehingga tahun 2017 usul sudah siap disampaikan ke UNESCO.
“Target 2018 pengajuan Tempe sabagai warisan budaya sudah diterima UNESCO,” kata Hardinsyah.
Mengingat proses pengajuan di UNESCO cukup ketat dan antreannya banyak, tim dari Pergizi Pangan, Forum Tempe Indonesia dan IPB membuat petisi untuk memasukkan tempe sebagai warisan budaya Indonesia lewat laman change.org. Petisi sudah dirintis sejak dua bulan lalu dan sekarang sudah mendapat dukungan dari 21.000 orang lebih.
“Kami juga sudah memulai audiensi dengan Pemerintah Klaten terkait pengajuan tempe sebagai warisan budaya Indonesia, akan ada bukti otentik dengan dibangunnya monumen tempe di wilayah tersebut sebagai penguatan dalam pengajuan usulan ini,” kata Hardinsyah.(ant/iss/ipg)