KH Mustofa Bisri (Gus Mus) akhirnya mengambil alih perdebatan yang terjadi di tata tertib muktamar tentang pemilihan rois aam. Menurut Gus Mus, persoalan NU lebih besar dibandingkan persoalan teknis muktamar.
“Ingatlah NU lebih besar daripada persoalan tetekbengek ini. NU lebih besar, karena NU bukan hanya diharapkan Indonesia, tapi juga dunia saat ini,” kata Gus Mu di hadapan ribuan peserta Muktamar di alun-alun Jombang, Senin (3/8/2015).
Gus Mus sendiri menyampaikan pidatonya dengan menangis tersedu. Bahkan pidato setengah jam ini disampaikan dengan suara bergetar. “Saya sejak semalam belum tidur, bukan apa-apa, tapi karena memikirkan Anda sekalian. Tolong maafkan saya, dan perlu saya sampaikan sebagai penanggungjawab Muktamar, saya mohon maaf jika teknis muktamar mengecewakan,” ujarny.
Terkait pemilihan rois aam yang diperdebatkan, Gus Mus bersama beberapa kiai telah bersepakat untuk tidak menggunakan Ahlul Hall Wal Aqdi dalam proses pemilihan.
“Karena ini urusan memilih rois aam, cara berfikir para kiai dan saya dan kiai akan memilih pemimpin kiai. Kiai kiai akan memilih imamnya kiai. Jadi rois aam, akan ditentukan dengan musyawarah mufakat oleh rois-rois (rois syuriah) se-Indonesia,” kata dia.
Berikut pidato yang disampaikan Gus Mus sambil menangis di hadapan ribuan Muktamirin :
“Apabila ada pasal yang belum disepakati tatib muktamar tentang pemilihan rois aam, dan tidak bisa diputuskan melalui musyawarah mufakat maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para rois syuriah, karena ini khusus rois aam.
Tentang ketua umum dan segala macam tetap, kalau nanti antara anda sekalian berfihak pada a dan b, tidak bisa disatukan karena apriori, saya dengan para kiai bersepakat ya dilakukan pemungutan suara dan itu bunyi AD/ART.
Tapi karena ini urusan memilih rois aam, cara berfikir para kiai dan saya, kiai akan memilih pemimpin kiai. Kiai kiai akan memiluh imamnya kiai. Karenanya solusinya, kalau tidak bisa mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara khusus oleh rois-rois.
Dan tata tertib yang disepakati perlu segera ditetapkan. Ini yang bisa saya lakukan sebagai penangung jawab muktamar.
Kalau anda tidak sepakat juga, menanggap saya hanya Musthofa Bisri, saya akan terima. Saya memang mengalami karena harus menggantikan Kiai Sahal, dan saya harus menjabat rois aam sementara, doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja menjadi rois aam.
Yang saya sampaikan saya mengharap anda perhatikan sebagai saya pejabat rois aam. Kalau tidak, apa gunanya sampaean diberikan jabatan rois aam (pada saya).
Saya sejak semaam belum tidur bukan apa-apa tapi karena memikirkan anda sekalian. Tolong maafkan saya, dan perlu saya sampaikan sebagai penanggung jawab muktamar saya mohon maaf, pada muktamirin yang telah datang dari jauh. Mungkin teknis dari panitia mengecewakan, saya dengan kerendahan hati saya mohon maaf. Kesalahan ini, ini kesalahan saya sebagai penanggung jawab, maka saya meminta maaf.
Ingatlah, NU lebih besar daripada persoalan tetekbengek itu, NU lebihbesar, karena NU bukan hanya diharapkan Indonesia, tapi juga dunia saat ini”.
Sementara itu setelah pidato ini, seluruh peserta Muktamar akhirnya menyepakati tata tertib yang telah menjadi perdebatan panjang sejak hari pertamam Muktamar. Mereka akhirnya bersepakat khusus pemilihan rois aam akan dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat oleh para rois syuriah dari seluruh PWNU dan PCNU se Indonesia. (fik/ipg)