Bambang Setiajid Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda mengatakan, pada awal Juni, beberapa wilayah diprakirakan sudah mengalami kekeringan. Padahal musim kemarau diprakirakan baru berakhir pada bulan November.
“Dulu, tiga bulan setelah kemarau baru terjadi kekeringan. Tapi sekarang, satu bulan sudah mulai kekeringan karena menurunnya daya dukung lingkungan,” kata Bambang kepada suarasurabaya.net, Rabu (13/5/2015) pagi.
Semakin berkurangnya daerah tangkapan air dan semakin tingginya eksploitasi menjadi penyebab menurunnya daya dukung lingkungan.
“Banyaknya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang beralih fungsi menjadi lahan tanaman pangan menyebabkan semakin sedikit jumlah air yang tersimpan dalam tanah. Tanaman pangan itu tidak menyimpan air tapi malah menghabiskan air,” kata Bambang.
Selain itu, semakin banyaknya jumlah manusia dan hewan ternak juga meningkatkan eksploitasi pada sumber air bersih.
Wilayah Jatim yang telah memasuki musim kemarau adalah Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Samapang, Sumenep, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Magetan, Madiun, Ponorogo, Trenggalek, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Jember dan pesisir Banyuwangi.
Sementara untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya baru akan memasuki musim kemarau satu dasarian lagi atau sekitar 22 Mei 2015.
“Hari ini, Rabu, walau di wilayah Surabaya dan sekitarnya masih berawan, potensi hujan sudah tidak ada,” kata Huda, prakirawan BMKG kepada suarasurabaya.net. (iss/ipg)