Rencana pementasan teaterikal kolosal Surabaya Membara dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November bukan sekadar drama kolosal. Lebih dari itu. Pentas itu tak ubahnya membaca kembali sejarah pertempuran di kota Surabaya.
“Khususnya pertempuran 10 November 1945. Tidak hanya tentara, tetapi ternyata di dalamnya ada banyak pemuda, arek-arek kampung, dan pelajar yang ikut memanggul senjata untuk berperang melawan Sekutu yang akan menduduki Surabaya,” terang Taufik Hidayat Produser Surabaya Membara pada suarasurabaya.net, Senin (9/11/2015).
Ketika itu, lanjut Taufik, siapapun warga kota Surabaya atau mereka yang ada di Surabaya tidak ingin kota tempat tinggalnya ini dijajah kembali oleh bala tentara Sekutu. Mereka bangkit bersama-sama melawan.
“Uniknya, dalam beberapa buku sejarah yang ada, termasuk cerita dari para pejuang kala itu, pelajar remaja di Surabaya rela meninggalkan bangku sekolah untuk bertempur. Ini sangat luar biasa. Ini tauladan,” kata taufik.
Oleh karena itu, pementasan teaterikal kolosal Surabaya Membara yang dijadwalkan akan dipentaskan pada Senin (9/11/2015) malam pukul 19.00 wib, di Jl. Pahlawan tersebut bukan sekadar pementasan drama kolosal.
Ini sejarah yang ditampilkan kembali untuk merekonstruksi jalannya perjuangan masyarakat ketika itu, yang melibatkan tentara, masyarakat serta pelajar. Perjuangan yang ditandai dengan pertempuran dahsyat dan dicatat sebagai pertempuran paling sengit.
“Kami berharap masyarakat tidak sekedar menonton. Tetapi pementasan ini jadi pembelajaran. Khususnya tentang sejarah pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945. Kami coba rekonstruksi kembali bagaimana pertempuran dahsyat itu terjadi,” tukas Taufik Hidayat sekaligus Ketua DKJT.(tok/ipg)