Tri Rismaharini, Walikota Surabaya berharap tidak ada warga Surabaya yang mengadu nasib jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri tanpa skill yang cukup. Tanpa skill, para TKI malah akan terjerumus pada situasi yang merugikan bagi dirinya sendiri.
“Sejak dulu saya tidak sepakat dengan konsep pengiriman TKI ke luar negeri tanpa adanya bekal keterampilan. Sebab, tanpa skill, dikhawatirkan akan membawa situasi kurang menguntungkan bagi pekerja,” kata Risma, ketika menerima salah satu TKI di ruang kerjanya, Senin (26/1/2015).
Untuk meningkatkan kualitas pekerja Surabaya, pemerintah kota saat ini sudah menerapkan upgrade skill. Risma mencontohkan, sebanyak 50 pelajar jurusan keperawatan saat ini dikursuskan bahasa Jepang. Mereka memang diproyeksikan bekerja di Jepang khususnya untuk tenaga kesehatan.
Selain itu, sekitar 80-an anak mendapat beasiswa sekolah juru masak. “Anak-anak itu belajarnya di Surabaya tapi penempatan kerjanya di Singapura dan Malaysia. Di sana, kesempatan bekerja sebagai chef profesional terbuka lebar,” kata dia.
Ke depan, Pemkot bakal menggagas sekolah perfilman, animasi dan software berbasis teknologi informasi. Saat ini sudah ada 48 anak yang dijadikan pioner pendidikan khusus ini. Nantinya, kata walikota, bidang studi ini akan diarahkan untuk sektor industri kreatif.
Dengan berbekal skill dan keterampilan yang mumpuni, tenaga kerja Indonesia bisa lebih dihargai dan mempunyai nilai tawar yang baik. Hal itu otomatis juga berdampak pada penghasilan mereka.
Tak ketinggalan, Risma mengingatkan pentingnya mempelajari kontrak sebelum memutuskan bekerja di luar negeri. “Sampai saat ini kami tetap mengontrol kontrak para pekerja yang bekerja di Malaysia melalui fasilitasi Pemkot. Dengan begitu, kondisi mereka bisa tetap dipantau,” kata dia. (fik/ipg)