Amien Widodo, Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menilai krisis air bersih di Surabaya harus segera diatasi dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kualitas air tanah.
“Selama ini kualitas air tanah di Surabaya sangat buruk,” kata Amien pada suarasurabaya.net, Sabtu (5/9/2015). Padahal air tanah akan menjadi satu-satunya penyangga kebutuhan air ditengah terus berkurangnya kualitas dan kuantitas air dari Kali Surabaya.
Dari data yang ada, sumber-sumber mata air di hulu Sungai Brantas yang mengalir ke Kali Surabaya saat ini telah menyusut hingga 50 persen. Akibatnya, debit air Kali Surabaya juga semakin menurun.
“Alih fungsi lahan di kawasan hulu Sungai Bratas sudah sangat memprihatinkan dan harus segera dilakukan penghijauan,” kata dia.
Untuk jangka panjang, penghijauan di kawasan hulu bisa dilakukan dengan proses reboisasi. Sedangkan jangka pendek harus dilakukan dengan cara rekayasa vegetasi yaitu menanam pohon yang 2/3 batanya masuk ke dalam tanah sehingga dengan cepat akar dari pohon tersebut bisa mengikat air hujan.
Sedangkan untuk di kawasan hilir seperti Surabaya, maka yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas air tanah. Caranya, bisa dilakukan dengan membangun ipal-ipal komunal.
“Tanpa ipal komunal, air tanah di Surabaya tetap akan buruk. Saat ini mungkin belum terasa karena Kali Surabaya masih mengalir, tapi jika Kali Surabaya terus menyusut maka solusinya harus kembali ke air tanah,” kata dia. (fik)