PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, penjualan pertamax mengalami kenaikan sekitar 200 persen pasca penghapusan subsidi premium.
M Iskandar Wakil Presiden Pemasaran Bahan Bakar Pertamina di Jakarta, Kamis (26/3/2015) mengatakan, pada 2014, rata-rata penjualan pertamax hanya 2.200 kiloliter per hari.
“Namun, kini sudah konstan 7.000 kiloliter per hari,” ucapnya seperti dilansir Antara.
Menurut dia, kenaikan penjualan tersebut dikarenakan konsumen premium beralih ke pertamax, menyusul kebijakan pemerintah melepas harga premium sesuai fluktuasi harga pasar atau tidak mendapat subsidi lagi.
Akibat kebijakan tersebut, selisih harga premium dan pertamax tidak terlalu jauh, sehingga sebagian konsumen memilih memakai pertamax.
Iskandar mengatakan, konsumsi pertamax sempat melonjak lebih tinggi dari saat ini ketika harga premium dan pertamax tidak terlalu jauh.
“Sekarang, dengan selisih sekitar Rp1.500 per liter, penjualan pertamax stabil di 7.000 kiloliter per hari,” ujarnya.
Iskandar memprediksi penjualan pertamax pada 2015 bisa mencapai dua juta kiloliter atau naik dibandingkan 2014 yang di bawah satu juta kiloliter.
Saat ini, Pertamina menjual pertamax di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pada harga Rp8.600 per liter atau Rp1.700 per liter lebih mahal dibandingkan premium yang dijual Rp6.900 per liter.
Harga pertamax tersebut mengalami kenaikan per 15 Maret 2015 dari sebelumnya Rp8.250 per liter.
Sebelumnya, Iskandar mengatakan, konsumsi premium dan solar mengalami penurunan masing-masing 7.000 kiloliter per hari dibandingkan beberapa bulan sebelumnya akibat faktor perekonomian global.
Pada 2014, konsumsi premium mencapai 29,63 juta kiloliter atau 81.000 kiloliter per hari dan kini 74.000 kiloliter per hari.
Sementara, solar turun dari 16,24 juta kiloliter atau 44 ribu kiloliter per hari pada 2014 menjadi kini 37 ribu kiloliter per hari. (ant/dop/rst)