Aktifitas warga eks lokalisasi Dolly pada Senin (27/7/2015) malam agak sedikit berbeda dari biasanya. Puluhan pria berpeci putih nampak berkumpul di Jalan Jarak Gang Lebar dengan membawa rebana dan tamborin.
Sesaat setelah rebana dan tamborin dimainkan, mulut-mulut pria berpeci itu langsung mengumandangkan Shalawat Nabi yang terdengar merdu di telinga.
Shalawat Nabi Allahumma salli`ala muhammadin wa`ala ali muhammadin kamasollaita`ala ibrahim. Wabarik`ala muhammadin wa`ala alimuhammadin kamabarakta`ala ibrahima fil`alamin innaka hamidunmajid bergema di langit eks lokalisasi Dolly.
Acara ini merupakan halal bihalal warga eks lokalisasi Dolly sekaligus memperingati 1 tahun peristiwa 27 Juli 2014 yang dimana pada hari itu lokalisasi Dolly resmi ditutup oleh Pemkot Surabaya.
Selain mengumandangkan Shalawat Nabi dan bermaaf-maafan antar warga, mereka juga membahas mengenai masa depan warga yang bermukim di eks lokalisasi Dolly.
Pasalnya, setelah tidak lagi menjadi tempat lokalisasi, ternyata masih banyak warga dan pedagang yang berjualan di area Dolly mengalami kesulitan ekonomi hingga kini.
“Silakan ditutup tidak masalah, tapi mereka ini tidak diberikan solusi. Penjual pakaian, penjual makanan, penjual minuman, kopi, susu, dan tukang parkir nasib mereka tidak jelas sekarang setelah lokalisasi Dolly ditutup setahun lalu,” ujar Syahputro koordinator acara kepada suarasurabaya.net.
Menurut Syahputro, salah satu hal yang bisa dilakukan oleh warga sekitar atas kesusahan ekonomi mereka saat ini adalah dengan membuka posko pengaduan.
“Ya sementara ini kita bikin posko pengaduan masyarakat dulu. Untuk menampung dampak secara psikologisnya, ekonominya, ini kami data terlebih dahulu seperti apa kondisi sesungguhnya di masyarakat sekitar,” ujar dia. (dop/ipg)