Menggunakan alat bantu berupa kain yang diikatkan sedemikian rupa pada bagian palang atap gazebo, beberapa perempuan dengan pakaian senam bergerak perlahan mengikuti arahan instruktur. Satu persatu, tubuh itu kemudian bergantungan menggunakan kain-kain tersebut.
Tubuh-tubuh itu bergantungan dengan kaki tidak menginjak lantai gazebo sekurangnya 20cm. Lalu dengan perlahan, tubuh bagian atas didongakkan ke bawah, seakan tubuh itu menjadi dua bagian. Kain yang menyanggah tubuh persis berada dibagian tengah tubuh.
Perlahan-lahan kemudian tangan bagian kanan dan kiri melepaskan pegangan yang juga terbuat dari kain. Tubuh itu seperti menggantung di udara. Kepala hingga bahu ditekuk kebawah. Demikian juga dengan perut hingga tungkai kaki.
Setelah itu, peserta kembali pada posisi normal semula. Melepaskan diri dari kain-kain yang menyanggah tubuh, dan terlihat keringat bercucuran dari bagian kepala dan tubuh masing-masing peserta Swing Yoga.
“Aliran darah terasa lebih lancar. Memang gerakannya sederhana. Tubuh jadi seperti bergantung pada kain. Beberapa gerakan memang mengharuskan konsentrasi penuh untuk menjaga keseimbangan badan. Tapi kalau sudah pernah mencoba rasanya memang seperti melayang di udara,” ujar Fransiska satu diantara peserta Swing Yoga, Sabtu (28/2/2015).
Secara khusus, Swing Yoga memang bukan bentuk basic Yoga. Dirancang sedemikian rupa menjadi lebih sederhana dan bisa dikerjakan di luar ruangan dengan gerakan-gerakan sederhana. “Yang pasti mudah dikerjakan, tetapi harus dengan instruktur. Bisa dirasakan sensasi melayang di udaranya itu,” kata Etty Soraya Humas Pakuwon Golf pada suarasurabaya.net.(tok/fik)